BPBD Jawa Timur Harap Pembentukan 40 Desa Tangguh Bencana hingga Maret 2020

BPBD Jawa Timur (Jatim) terus mengedukasi untuk kesiapan menghadapi bencana dengan intensif membentuk desa tangguh bencana.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2020, 16:00 WIB
Wisata Lumpur Lapindo Tarik Minat Turis Mancanegara
Seniman membuatkan patung bagi warga korban kepada pemerintah di wisata lumpur lapindo, Sidoarjo, Senin (30/03/2015). Sudah 9 tahun kawasan ini terendam oleh lumpur, tidak terhitung kerugian yang diderita warga sekitar. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur menargetkan awal Januari-Maret 2020 harus dapat menyelesaikan 40 desa/kelurahan menjadi desa tangguh bencana.

Hal ini mengingat di Jawa Timur (Jatim), dari 8.501 desa dan kelurahan, sebanyak 2.742 desa dan kelurahan masuk kategori tinggi rawan bencana.

Dari jumlah 2.742 desa dan kelurahan yang rawan bencana itu, baru ada 612 desa/kelurahan yang sudah menjadi desa tangguh bencana. Oleh karena itu, BPBD Jawa Timur (Jatim) terus mengedukasi untuk kesiapan menghadapi bencana dengan intensif membentuk desa tangguh bencana.

"BPBD kabupaten/kota juga mempunyai program yang sama, sebab saat terjadi bencana yang paling dekat dari pemerintah desa atau kelurahan. Jadi 0-6 jam (dari kejadian bencana), diupayakan masyarakat mandiri dulu," ujar Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jatim Dadang Ikhwandi, seperti dikutip dari Antara, Kamis, 5 Maret 2020.

Ia juga menuturkan, di Jatim, berbagai ancaman bisa terjadi mulai dari banjir, tanah longsor, angin kencang bahkan likuifas. Di Kediri, ancaman bencana yakni angin kencang serta kebakaran lahan.

Selama 219, ia menuturkan, jumlah kejadian bencana di Jawa Timurjuga relatif mengalami kenaikan dari semula 2018 yakni 392 kejadian menjadi 459 kejadian pada 2019. Hal ini salah satunya karena cuaca ekstrem, angin kencang yang kejadiannya cukup besar, bahkan naik hingga 100 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Waspadai Perubahan Musim

20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat mewaspadai dampak perubahan cuaca yang bisa saja terjadi pada saat masa transisi dari musim hujan ke kemarau.

“Prakiraan (hujan) Januari-Februari dan Maret itu mulai transisi, tapi belum habis (hujan). Nanti April sudah mulai masuk musim kering. Kalau dari prakiraan BMKG, pada masa transisi ini bisa menimbulkan angin kencang dengan kecepatan hingga 64 kilometer per jam. Itu patut diwaspadai,” tutur Dadang.

Ia juga meminta masyarakat mewaspadai fenomena cuaca yang terkadang munculnya secara tiba-tiba. Misalnya, Siklon Tropis Ferdinan yang muncul pada 27-29 Februari 2020.

Selain itu, pernah juga terjadi Siklon Tropis Flamboyan atau Madden Julian Oscillation (MJO). Sesuai dengan prakiraan saat itu pada Maret sudah mulai kemarau, tetapi ternyata intensitas hujan tinggi.

Ia menuturkan, munculknya siklon itu memang bisa diprediksi dalam waktu dekat, tetapi tidak dalam waktu yang jauh-jauh hari, misalnya tahunan. Oleh karena itu, warga diharapkan bisa mendapatkan informasi dengan cepat, salah satunya dari aplikasi BMKG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya