Komedie Stambul, Berawal dari Surabaya Populer di Hindia Belanda

Beberapa cerita yang pernah disadur antara lain dari Kisah 1001 Malam, misalnya seperti kisah Aladin Dengan Lampu Wasiat, Ali Baba Dengan 40 Penyamoen, Penangkap Ikan Dengan Soeatoe Jin, Si Boengkoek dan lain-lain.

oleh Erik Erfinanto diperbarui 11 Mar 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2020, 08:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Jalan MERR IIC Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Pada masa kolonial Belanda di Indonesia, lahirlah sebuah kelompok seni pertunjukan teater bernama Komedie Stambul di Kota Pelabuhan Surabaya. Kelompok yang membawa nuansa pemetasan Istanbul, Turki ini didirikan untuk menghibur masyarakat di Hindia Belanda.

Jika dilihat dari bentuk pertunjukannya, kelompok komedi yang lahir di Surabaya pada 1891 ini mirip dengan gaya pertunjukan yang ada di Eropa, hanya saja ornamen yang digunakan dalam pementasan lebih universal.

Tidak hanya menghibur warga di Hindia Belanda, kelompok ini juga melanglang buana hingga ke negeri seberang seperti Singapura dan Malaya. Kelompok ini berkeliling melalui jalur daratĀ maupun jalur laut.Ā 

Secara umum, pentas Komedie Stambul menyajikan cerita 1001 Malam yang erat kaitannya dengan kisah di Timur Tengah. Tapi juga menyajikan cerita-cerita rakyat khas Eropa, India, juga Persia, dikutip dari buku The Komedie Stamboel: Popular Theater in Colonial Indonesia, 1891-1903.

Seperti halnya pertunjukan teater pada umumnya, pentas ini juga menyajikan musik di dalam setiap pertunjukannya. Persisnya disajikan pada saat pembukaan dan antar babak. Biasanya menampilkan musik gambus, keroncong, mars, dan polka.

Beberapa cerita yang pernah disadur menjadi pertujukan Komdie Stambul antara lain dari Kisah 1001 Malam, misalnya seperti kisah Aladin Dengan Lampu Wasiat, Ali Baba Dengan 40 Penyamoen, Penangkap Ikan Dengan Soeatoe Jin, Si Boengkoek dan lain-lain.

Sementara itu, untuk kisah-kisah yang disadur dari cerita Benua Eropa, antara lain seperti kisah Sneeuwitje, Doornroosje, De Schoone Slaapster in Het Bosch dan sebagainya.Ā 

Ā 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Untuk Kaum Bangsawan

(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Tugu Pahlawan Merah Putih di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Pertunjukan ini didesain untukĀ dinikmatiĀ kalangan atas. Hal itu terlihat dari penyajian acara yangĀ terkesan mewah dan glamour. Tidak sembarang orang bisa menikmati pertunjukkan ini. Kalau bukan kalangan bangsawan, sulit rasanya bisa menonton Komdie Stambul.

Kemewahan tersebut tercerminĀ dari tata busana para pemainnya, mereka selalu mengenakan pakaian yang serba mewahĀ penuh gemerlap. Dengan dekorasi panggung yang juga mewah, berwarna-warni serta menggunakan gambar-gambar bagus sesuai dengan judul cerita.

Selain itu, pilihan lagu-lagu yang dimainkan untuk menyelingi acara, juga termasuk kategori mewah dan jauh dari kesan sederhana. Lagu waltz, tango dan polkaĀ hampir selaluĀ dimainkan pada setiap pertunjukan.

Dari unsur-unsur yang disajikan dalam pementasan tersebut, terlihat jelas ini merupakan usaha mewujudkan bentuk kesenian modern di tengah masyarakat tradisional. Serta upaya memasukan hal baru dalam kesenian lokal yangĀ sejak lama bertengger di Bumi Nusantara.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya