BMKG Juanda: Surabaya Berpeluang Hujan hingga Malam Hari

BMKG Juanda memperkirakan sebagian besar wilayah di Surabaya akan alami hujan lokal pada pukul 13.00, 16.00, dan 19.00 WIB.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2020, 10:30 WIB
20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memperkirakan Surabaya, Jawa Timur alami hujan lokal pada Minggu (29/3/2020).

Mengutip laman BMKG Juanda, sebagian besar wilayah di Surabaya akan alami hujan lokal pada pukul 13.00, 16.00, dan 19.00 WIB. Sedangkan pada pukul 22.00 akan berawan tebal. Suhu di kisaran 25-33 derajat celsius dengan kecepatan angin 20 KM per jam. Kelembaban udara 60-95 persen.

Cuaca di Surabaya pada siang ini pun cerah berawan dengan suhu 30 derajat celsius. Kelembaban udara 75 persen dengan kecepatan angin 10 KM per jam.

BMKG Juanda juga merilis peringatan dini tiga harian di wilayah Jawa Timur antara lain pada siang hingga sore hari di Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Lamongan, Jombang, Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Ngawi, Trenggalek,Tulungangung.

Lalu Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

20160308-Ilustrasi Hujan-iStockphoto
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya