Bukan Zona, Angka Reproduksi Efektif Surabaya Sudah Hijau, Begini Penjelasannya

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita menuturkan, angka reproduksi efektif (Rt) di Surabaya selama dua minggu terakhir terkendali

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Agu 2020, 12:57 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2020, 12:32 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita menjelaskan mengenai angka reproduktif (Rt) di Surabaya, Jawa Timur yang terkendali. Dalam penjelasan itu, ia juga menuturkan kalau bukan zona tetapi angka Rt yang sudah berwarna hijau di Surabaya.

Febria menuturkan, angka reproduksi efektif (Rt) di Surabaya selama dua minggu terakhir terkendali. Mulai yang semula Rt berwarna merah hingga berangsur kuning dan kini sudah dua pekan terakhir berubah menjadi hijau.

Ia memastikan, perubahan warna yang dimaksud bukanlah pada zona, melainkan warna yang terdapat pada Rt tersebut. Dia mengatakan, selama 14 hari terakhir mulai dari 21 Juli-3 Agustus, Rt di Surabaya kurang dari angka satu, yang artinya penularan sudah dapat dikendalikan.

"Ingat lho ya, saya tidak bicara zona. Tetapi bicara Rt yang sudah hijau dengan penularan kasus yang sudah dapat dikendalikan. Atau teorinya penyakit kemungkinan akan hilang dari populasi. Jadi, sekali lagi angka Rt di Surabaya sudah berwarna hijau," kata Febria Rachmanita di Balai Kota Surabaya, seperti dikutip dari laman Surabaya.go.id, ditulis Rabu (5/8/2020).

Febria menuturkan, dalam Rt itu ada tiga simbol warna yang digunakan untuk menggambarkan angka penularan kasus. Pertama, warna merah yang artinya angka penularan di atas satu (Rt>1) dan penyakit akan semakin menyebar dan jadi wabah di populasi.

Kedua, warna kuning yang artinya penularan sama dengan satu dan penyakit akan konstan ada, tidak bertambah dan tidak berkurang di populasi sehingga menjadi endemis. Ketiga, warna hijau yang artinya nilai penularan di bawah satu dan penyakit dapat terkendali.

"Nah, Surabaya sudah warna hijau dan artinya penyakit sudah terkendali," kata perempuan yang akrab disapa Feny ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Berkat Sosialisasi dan Masifnya Tes COVID-19

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Koordinator Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Selain itu, ia merinci angka Rt tersebut di hitung dengan dasar data onset mulai 26 Februari-3 Agustus 2020 atau setara dengan 160 hari. Berdasarkan data tersebut, Feny menerangkan pada 21 Maret – 23 Mei atau bertepatan pada PSBB tahap satu dan dua berwarna merah.

Kemudian pada 24–25 Mei membaik menjadi kuning. Berikutnya, pada 26 Mei–4 Juni berubah menjadi warna hijau. Selanjutnya pada 5–6 Juni 2020 berubah menjadi kuning dan pada 7 Juni berwarna merah.

"Lalu 8–10 Juni masuk warna kuning. Pada 11-12 Juni berwarna merah. Kemudian 13-15 Juni kembali berwarna kuning. Terus begitu, berubah-ubah sangat dinamis. Tetapi yang paling lama warna hijau ini adalah dua minggu terakhir, semoga bisa konsisten," ujar dia.

Penurunan angka penularan itu, menurut Feny tidak lepas dari peran Risma yang tak henti-hentinya gencar melakukan sosialisasi untuk selalu menjaga protokol kesehatan.

Bahkan tak tanggung-tanggung, Risma turun langsung menertibkan warga Kota Surabaya, seperti pembagian masker ke jalan-jalan, sosialisasi rutin ke berbagai tempat hingga blusukan menyusuri perkampungan.

"Itu salah satunya mengapa Rt kami bisa turun. Karena Ibu Wali tidak pernah berhenti sosialisasi ke masyarakat. Beliau terus melakukan itu. Sehingga masyarakatnya bisa lebih disiplin lagi," kata dia.

Selain itu, Kadinkes Kota Surabaya ini mengungkapkan tes swab atau tes usap dan rapid test atau tes cepat juga berperan dalam penurunan angka penularan.

Sebab, ketika tes itu dilakukan, pasti dapat mempercepat deteksi dini atau penemuan dini pasien terkonfirmasi sehingga setelah diketahui hasilnya, pemkot bergerak cepat dan melakukan karantina pasien tersebut agar tidak sampai menular kepada anggota keluarganya.

"Bukan berarti itu jelek lho ya. Dengan banyaknya kita menemukan yang reaktif itu, maka berarti kita bisa lebih cepat memisahkan. Kita bisa deteksi dini dari awal untuk memisahkan pasien konfirm agar dia tidak tertular dengan keluarganya dan teman-temannya,” kata dia.

Berharap Angka Reproduksi Efektif Terkendali

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Ia berharap, Rt tersebut dapat terus terkendali, meskipun terkadang data tersebut bergerak sangat dinamis. Oleh karena itu, Febria membutuhkan peran masyarakat untuk terus disiplin terhadap protokol kesehatan.

"Pertama jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, dan selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS), serta disiplin pakai masker. Sebab, hanya dengan itu. Kalau displin dan patuh kita bisa mengendalikan ini dan tidak tertular,” ungkap dia.

Sementara itu, Epidemiolog Dinkes Kota Surabaya, Rosita Dwi Yuliandari, S.KM., M.Epid menambahkan indikator angka Rt ini merupakan indikator utama untuk bisa tahu apakah pandemi terkendali atau tidak. Ia pun menegaskan day by day terus memantau kondisi tersebut.

"Pantauan secara berkala dilakukan dan dimonitoring perubahannya dalam 14 hari terakhir sesuai masa inkubasi 14 hari penyakit Covid-19 ini. Makanya, kita pantau terus dan nanti akan kita kolaborasikan untuk menjadi bahan evaluasi dan monitoring kami untuk pemantauan pengendalian kasus tersebut,” pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya