Penjelasan BMKG Juanda Terkait Awan Lentikularis, Bahaya bagi Helikopter

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menjelaskan mengenai awan lentikularis. Awan ini muncul di Mojokerto, Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Nov 2020, 15:53 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 15:45 WIB
(Foto: Dok BMKG Juanda)
Awan lentikularis (Foto:Dok BMKG Juanda)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu akun di instagram @asli_mojokerto mengunggah awan unik berbentuk spiral terlihat di langit Mojokerto, Jawa Timur pada Kamis, (5/11/2020).

Mengutip akun instagram @asli_mojokerto menulis caption fenomena awan unik yang disebut dengan awan lentikularis muncul di langit Bumi Majapahit. Munculnya fenomena awan tersebut diduga merupakan tanda peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Awan yang kebetulan berbentuk spiral terbentuk dari angin berkecepatan tinggi yang menerpa obyek tinggi seperti gunung, bukit, dsb. Angin kemudian berbelok hingga membentuk spiral.Jika kebetulan terdapat awan , maka akan membentuk spiral yang mengikuti hembusan angin.Fenomena semacam ini juga disertai dengan hembusan angin kencang yang datang secara tiba-tiba.

Tampak dari foto yang diunggah tersebut menunjukkan awan berbentuk spiral di langit. Warna langit agak oranye.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto menjelaskan, jika foto dalam gambar bukan editan, awan yang nampak seperti bertingkat-tingkat adalah awan lentikularis yang tumbuh di sekitaran gunung dan dataran tinggi.

"Secara umum tidak berbahaya akan tetapi bagi dunia penerbangan cukup berbahaya karena pesawat akan mengalami turbulensi atau guncangan,” ujar Teguh saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Kamis (5/11/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Bahaya bagi Helikopter

Jelang Pengumuman Pilpres, TNI Gelar Latihan Khusus
Ilustrasi helikopter TNI AU. (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Ia mengatakan, awan lentikularis terjadi akibat ada gelombang gunung atau angin lapisan atas (di atas permukaan) yang cukup kuat dari suatu sisi gunung membentur dinding pegunungan sehingga menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan membentuk awan-awan yang berputar seperti lensa.

“Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter di sekitar awan,” tutur dia.

Ia menambahkan, fenomena awan ini secara meteorologi, tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa dan bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan ada turbulensi di lapisan atas atau bukan di permukaan bumi.

"Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu-waktu tertentu, biasanya ditandai ada kecepatan angin yang cukup kuat lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya