Liputan6.com, Surabaya- Dakwah digital bukan sekadar digitalisasi, melainkan juga mengandung unsur dakwah. Oleh karena itu, pakar komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Suko Widodo menilai perlu ada dewan kurasi (kurator) yang memahami metode dakwah.
Menurut Suko, kurator menjadi penting supaya nilai-nilai sosial juga menjadi rujukan. Ketika berdakwah perlu memahami apa yang akan disampaikan, bukan sekadar menyampaikan.
“Komunikasi itu bukan hanya produk berupa informasi, tapi apa yang disampaikan komunikator (pembicara) itu bisa diterima oleh komunikan (audiens/pendengar),” ujarnya dalam webinar Tips Dakwah Digital Berbasis Masjid yang diadakan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) secara virtual, seperti yang dikutip dari Antara, Sabtu (2/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Suko berpendapatan masjid merupakan pusat peradaban. Hal ini yang mendasari dakwah digital yang dikembangkan berbasis masjid juga tidak meninggalkan interaksi.
"Bagaimanapun, dakwah digital itu merupakan kemajuan, tapi saya kira interaksi itu tetap penting, seperti di Universitas Al Azhar yang tetap memiliki tradisi interaksi,” ucapnya.
Ia menilai, digital itu bersifat perjumpaan dan interaksi itu bersifat pertemuan. Interaksi itulah relasi komunikator-komunikan.
“Dakwah digital itu agar viral (meracik/bermanfaat) saja, bukan justru virologi (meracuni/maksiat)," kata pakar komunikasi Unair Surabaya ini.