Seni Memimpin ala Bupati Sumenep Achmad Fauzi, Senggol Kenaikan Harga BBM

Menurut Fauzi, kepekaan seorang pemimpin merupakan kunci utama untuk menangani masalah secara cepat dan memberikan kebijakan secara tepat.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 09 Sep 2022, 22:09 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 22:09 WIB
Bupati Sumenep Achmad Fauzi saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Brawijaya Malang, ditulis Jumat (9/9/2022). (Istimewa)
Bupati Sumenep Achmad Fauzi saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Brawijaya Malang, ditulis Jumat (9/9/2022). (Istimewa)

Liputan6.com, Surabaya - Bupati Sumenep Achmad Fauzi menjabarkan tentang seni memimpin yang merupakan langkah dan taktik dalam mengelola sebuah organisasi atau kelompok. Kebijakan seorang pemimpin adalah aktualisasi keindahan dari seni memimpin.

Menurut Fauzi, kepekaan seorang pemimpin merupakan kunci utama untuk menangani masalah secara cepat dan memberikan kebijakan secara tepat. Meminalisir mudharat dan mengutamakan asas kemanfaatan bersama untuk rakyat adalah salah satu dari kunci membuat kebijakan dengan tepat.

“Setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah itu tidak langsung disetujui masyarakat. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor. Misal isu yang lagi hangat tentang kenaikan BBM," ujarnya saat mengisi kuliah tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Brawijaya Malang, ditulis Jumat (9/9/2022).

"Mungkin pemerintah menaikkan BBM untuk menyelamatkan negara dari resesi ekonomi global, namun di sisi lain ada banyak masyarakat yang belum siap. Misal begitu,” imbuh Fauzi.

Achmad Fauzi menjelaskan, seni memimpin dalam pemerintahan tidak jauh beda dengan yang dijelaskan di atas. Hanya saja, sambung Fauzi, dalam pemerintahan lebih kompleks.

“Semua permasalahan rakyat atau masyarakat kita harus pikirkan. Mulai dari masalah ekonomi, budaya, pendidikan, sosial, hukum, HAM, dan semacamnya. Hal paling besar hingga yang paling kecil semua ada di pemerintahan,” ucapnya.

Fauzi mengungkapkan, seorang bupati (pemimpin) harus memiliki kekuasaan penuh atas setiap kebijakan yang dikeluarkan. Kendati demikian, aspirasi publik merupakan hal utama yang mesti diramu menjadi sebuah keputusan akhir.

“Bukan berarti kita senaknya saja. Bukan, kekuasaan penuh itu segala hal baik dan yang kurang baik harus mampu kita kendalikan. Tentu dalam hal ini, budaya musyawarah bersama bawahan juga sangat penting. Intinya kita bersama-sama melayani,” ujarnya.

 

Kondusifitas Sosial

Fauzi mengatakan, Kondusifitas sosial adalah tolak ukur seorang pemimpin mampu mengatur dan membangun daerahnya.

"Apabila kalian nanti ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, maka Anda harus mampu mengendalikan aspek sosial," ucapnya.

Fauzi menegaskan, empat aspek penting yang harus disadari oleh seorang pemimpin, yang pertama yaitu hukum merupakan panglima setiap kebijakan. Kedua, seorang pemimpin harus bisa mengendalikan aspek sosial.

"Aspek ketiga adalah buatlah seni memimpin seindah mungkin. Keempat, setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak lepas dari kegiatan politik," ujarnya.

Infografis Mayoritas Pasien Covid-19 Bergejala Ringan dan OTG. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Mayoritas Pasien Covid-19 Bergejala Ringan dan OTG. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya