Liputan6.com, Surabaya - Aksi mengundurkan diri sejumlah kader Partai Demokrat Jatim terus berlanjut. Setelah Bayu Airlangga, menantu Mantan Gubernur Jatim Soekarwo yang kini bergabung ke Golkar dan anak Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa Ali Mannagalli, kali ini giliran Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat Jawa Timur Sugiharto mengundurkan diri sebagai pengurus maupun kader partai.
Totok, sapaan akrabnya, menyatakan mengundurkan diri melalui surat tertanggal 16 Maret 2023. Surat pengunduran dirinya diterima DPD Partai Demokrat Jatim tanggal 24 Maret 2023.
"Benar itu surat pengunduran diri saya," katanya, Senin (27/3/2023), dikutip dari Antara.
Advertisement
Totok enggan merinci lebih detail alasannya mundur dari partai politik yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tersebut.
Dalam surat pengunduran dirinya Totok menyampaikan tidak ada unsur paksaan serta tekanan dari pihak manapun.
"Kami haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap keluarga besar Partai Demokrat yang selama ini memberi kesempatan berproses, kolaborasi dan bersinergi," ujarnya.
Totok menambah jumlah kader dan pengurus Partai Demokrat di Jatim yang menyatakan mengundurkan diri di era kepemimpinan Emil Elestianto Dardak.
Kegagalan Pimpinan DPD
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Andri Arianto menyatakan, mundurnya Ali Mannagalli Parawansa merupakan kegagalan pimpinan DPD Demokrat setempat mengelola potensi kadernya.
“Meski tergolong politikus muda, Ali memiliki potensi sebagai kader yang semestinya bisa dioptimalkan untuk memperbesar suara Demokrat,” ujarnya, Sabtu (11/3/2023).
Menurut dia, potensi Ali sebagai kader sungguh luar biasa, salah satunya adalah anak muda yang pada Pemilihan Umum 2024 memiliki pengaruh besar.
“Harusnya lebih dioptimalkan untuk masuk ke pasar pemilih pemula. Suara anak-anak muda ini yang luar biasa di Pemilu mendatang,” ucapnya.
Selain itu, posisi sebagai anak dari Gubernur Khofifah tentu tak dapat dipungkiri akan sangat menguntungkan bagi Demokrat Jatim.
“Jaringan Bu Khofifah sangat kuat, dan itu pasti bisa dikelola oleh Ali. Tapi justru hal ini tidak dimanfaatkan oleh Demokrat. Artinya memang pimpinan partai gagal mengelola atau melakukan manajemen kader yang baik, sampai-sampai seorang Ali pun mundur,” katanya.
Advertisement