Liputan6.com, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi turut memberikan tanggapan soal wisuda sebagai perayaan kelulusan bagi siswa jenjang TK, SD dan SMP.
Melalui Dinas Pendidikan setempat, pemkab telah melakukan survei. Hasilnya banyak wali murid yang menghendaki tasyakuran ketimbang wisuda mewah di hotel.
Oleh karenanya Pemkab mengimbau sekolah mengganti acara hura-hura tersebut menjadi lebih sederhana.
Advertisement
Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi, Mujiono mengatakan survey dilakukan dengan menyasar 3 ribu wali murid.
Hasilnya hanya 16,7 persen setuju wisuda, kemudian perpisahan sebanyak 29,6 persen. Selanjutnya tamasya atau piknik 4,5 persen dan 45,2 persen sepakat mengadakan tasyakuran saja.
"Pemerintah Daerah ingin menyederhanakan kegiatan dalam rangka kelulusan ini," kata Mujiono, Sabtu (24/6/2023).
"Nanti akan ada regulasi, kita akan keluarkan imbauan kepada sekolah-sekolah,'' imbuhnya.
Oleh karenanya, melalui imbauan tersebut pemkab berharap wali murid yang mampu dan yang tidak mampu bisa saling mendukung dan saling kolaborasi.Â
Artinya proses kelulusan disikapi dengan bijak, dimusyawarahkan dan disesuaikan dengan kondisi wali murid.
"Apakah itu pilihannya wisuda, tasyakuran ataupun perpisahan," ujarnya.
Berkaca pada beberapa tahun ke belakang, kelulusan dilakukan dengan khidmat dengan rangkaian proses sederhana.
Siswa cukup datang ke sekolah dengan pakaian seragam atau pakaian rapi. Kemudian bersalam-salaman dengan guru dan diakhiri dengan doa pun juga tasyakuran.Â
"Bersyukur sudah lulus, harapan kami demikian agar tidak membebani orang tua. Harapan kami tidak usah di hotel kan bisa disekolah,'' tegasnya.
Melalui cara yang sederhana biaya lebih bisa dihemat. Artinya uang dapat dialihkan untuk kebutuhan lainnya yang lebih penting.
Misalnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau untuk kebutuhan lainnya.
''Jangan sampai setelah wisuda besar-besaran di hotel, biaya gede, anaknya mendaftar biayanya bingung,'' tegasnya.
Polemik Wisuda
Akhir-akhir ini polemik wisuda yang digelar pada setiap jenjang pendidikan menjadi salah satu isu yang santer diperbincangkan. Kegiatan yang penuh dengan nilai-nilai kesakralan tersebut, oleh sebagian orang dinilai tidak boleh dilakukan di semua jenjang, cukup hanya di perguruan tinggi saja.
Sebab, jika dilakukan di semua jenjang. Maka, pagelaran wisuda akan kehilangan nilai kesakralannya. Wisuda akan terasa hambar. Karena sejak TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi semua orang sudah pernah mengikutinya.
Tidak hanya itu, pengeluaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan wisuda juga tidak kecil. Seseorang harus merogoh kocek yang besar untuk bisa mengikutinya.
Belum lagi biaya aksesoris dan biaya-biaya lain yang dibutuhkan, semuanya harus dipersiapkan dengan budget yang sangat besar. Dengan Pertimbangan itu  pelaksanaan wisuda di semua jenjang pendidikan menjadi sorotan.
Advertisement