Liputan6.com, Surabaya - Sumiyati (47), Ibunda Cyntya Afrianti Amala (17), warga Kendangsari Gang 7 Sekolahan Surabaya, yang viral lantaran berjalan merangkak di pinggir jalan raya sambil berjualan peyek, mengaku tidak berani melihat video anaknya. Menurut dia, video anaknya itu seperti dibuat terlalu mendramatisir dan berlebihan.
"Diberitahu tetangga, saya dan Cyntya sampai sekarang tidak berani melihat videonya, sampai segitunya, nangis saya, terlalu berlebihan. Saya minta maaf karena videonya viral, minta maaf juga kepada Pak Lurah," ujar Sumiyati, Kamis (21/7/2023).
Baca Juga
Dia pun membeberkan awal mula kejadian tersebut. Dari cerita anaknya, Video Cyntya itu diambil oleh orang yang mengaku dari komunitas sosial. Katanya, komunitas tersebut menawarkan untuk membantu keluarga Cyntya dengan cara memviralkan Cyntya melalui media sosial agar mendapat simpati dan bantuan dari masyarakat.
Advertisement
Sumiyati juga mengakui kalau Hari Raya Idul Fitri dan puasa, dia membuat bikin peyek untuk dijual. Awalnya jualan di rumah sakit Nginden, karena Cyntya terapi di RSUD Dr Soetomo.
"Akhirnya coba-coba jualan di sana. Tapi kalau sekarang, saya ikut kerja cabut benang di konveksi," sambungnya.
Sumiyati lantas bercerita, bahwa ia bersama suaminya Andi Siswoto (49), merupakan warga asli Mojokerto. Sekitar 12 tahun yang lalu, ia bersama suami dan kedua anaknya memilih tinggal indekos di dekat rumah saudaranya kawasan Kendangsari Surabaya.
Meski sudah lama tinggal di Kota Pahlawan, Sumiyati enggan pindah KK Surabaya. "Karena memang tidak punya rumah, di Surabaya ini saya ngekos, makanya saya bingung," katanya.
Nah, ketika Cyntya ingin masuk SMA Negeri, Sumiyati berinisiatif menitipkan anaknya itu masuk KK budenya di alamat Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B Surabaya pada Agustus 2022. Sementara Sumiyati bersama suami dan anak nomor tiga, administrasi kependudukannya masih berstatus warga Mojokerto.
"Karena belum satu tahun masuk KK Surabaya, Cyntya tidak diterima SMA Negeri. Akhirnya itu ditawari sama Pak Lurah sekolah PKBM paket C (Januari 2023), tapi Cyntya menolak, tidak mau bersekolah. Kalau sekarang Cyntya sudah mau sekolah kejar Paket C," katanya.
Seiring berjalannya waktu, Sumiyati pun ingin pindah KTP dan KK Surabaya. Inisiatif itu muncul karena melihat kondisi suaminya yang sakit dan membutuhkan banyak biaya pengobatan.
Akhirnya ia memutuskan pindah KK Surabaya dengan menumpang alamat saudaranya di Jalan Kendangsari Gang Lebar No 102B. Setelah itu, Cyntya pun lantas ditarik masuk ke dalam KK Sumiyati yang diterbitkan pada 26 Juni 2023.
"Pindah Surabaya biar kalau berobat tidak jauh-jauh ke Mojokerto. Kemudian juga pindah KK Surabaya biar Cyntya bisa masuk ke sekolah negeri. Karena di Surabaya ini apa-apa gratis," ungkapnya.
Bantuan Pemkot Surabaya
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya M Fikser menegaskan, bahwa Pemkot Surabaya memiliki regulasi kebijakan terkait intervensi bantuan sosial kepada warganya. Intervensi diprioritaskan bagi warga miskin yang tercatat KTP Surabaya di bawah tahun 2021.
"Jadi yang baru menjadi warga KTP Surabaya 2021 ke atas, sementara tidak dibantu dulu. Karena memang banyak warga Surabaya yang harus diprioritaskan dulu untuk dibantu," kata Fikser.
Ia juga menjelaskan, bahwa warga luar daerah yang akan pindah KK Surabaya mulai tahun 2021 ke atas, akan diberikan surat pernyataan. Pernyataan itu menyatakan, bahwa warga yang akan pindah KK Surabaya sejak tahun 2021 ke atas, bersedia untuk sementara tidak menerima bantuan dari Pemkot Surabaya.
"Jadi kita memiliki regulasi seperti itu. Karena juga kekuatan APBD Surabaya kan terbatas. Kita prioritas dulu warga miskin KTP Surabaya yang sudah lama, kan kasihan mereka," tegasnya.
Namun demikian, Fikser memastikan, bahwa Wali Kota Eri Cahyadi tetap memberikan perhatian terhadap persoalan sosial warganya. Seperti salah satunya dengan menginstruksikan jajarannya untuk memberikan bantuan keluarga Cyntya, warga Jalan Kendangsari Surabaya.
"Walaupun Bu Sumiyati sudah lama indekos di Surabaya, tapi administrasi kependudukannya (KK) belum satu tahun Surabaya. Meski begitu, kami (pemkot) tidak tutup mata, tetap memberikan intervensi kepada keluarga Bu Sumiyati," jelas Fikser.
Menurutnya, dalam regulasi pindah KK atau KTP Surabaya, pihak pengampu juga memiliki tanggung jawab besar terhadap warga luar daerah yang ditanggungnya. Seperti misalnya, terhadap keluarga Sumiyati tersebut.
"Artinya, pihak pengampu ini ketika menampung keluarganya dari luar daerah untuk masuk KK Surabaya, juga memiliki tanggung jawab. Baik itu memastikan kondisi sosial keluarga yang ditampungnya maupun ekonominya," bebernya.
Advertisement
Kejadian Maret 2023
Cyntya Afrianti Amala (17) warga Kendangsari Gang 7 Sekolahan, Surabaya, sempat viral di media sosial (Medsos) lantaran berjalan merangkak di pinggir jalan raya sembari berjualan peyek yang dikalungkan di lehernya.
"Sedih banget liat anak itu jual peyek, nyeret badannya, kakinya sampe lecet berdarah," tulis narasi dalam video yang diunggah akun Tiktok @kisahharuhariini.
Cyntya mengaku, jika videonya yang viral di medsos diambil sekitar bulan Maret 2023 di kawasan RSUD dr Soetomo Surabaya. Video itu diambil oleh orang yang mengaku dari komunitas sosial.
"Video itu sudah lama bulan Maret 2023 di Jalan Petojo, dekat kawasan RSUD Dr Soetomo Surabaya," kata Cyntya, Kamis (20/7/2023).
Menurutnya, komunitas itu menawarkan untuk membantu keluarga Cyntya. Dengan cara, yakni memviralkan Cyntya melalui media sosial agar mendapat simpati dan bantuan dari masyarakat.
"Awalnya ditawari, katanya biar banyak orang yang donasi, bantu," ujar Cyntya yang memiliki keterbatasan pada kedua kakinya ini.