Liputan6.com, Jakarta - Aparatur desa antusias mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas aparatur desa melalui Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD). Pelatihan yang digelar secara masif dan serentak secara nasional tersebut merupakan kerja sama antara Pemerintah pusat dan Bank Dunia (World Bank).
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pemerintahan Desa (Pemdes) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Eko Prasetyanto Purnomo Putro mengaku gembira dengan antusiasme para aparatur desa tersebut.
"Ada yang harusnya dilatih nanti pada 2024 minta dimajukan, minta dilatih sekarang," katanya saat membuka pelaksanaan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah dan Pengurus Kelembagaan Desa, di Semarang, Selasa (26/09/2023).
Advertisement
Dalam kesempatan itu Eko didampingi Direktur Fasilitasi Perencanaan, Keuangan, dan Aset Pemerintahan Desa, M. Lutfi.
Pelatihan tahun ini akan diberikan kepada 33.000 desa dan diikuti 133.000 peserta.
Acara ini juga digelar secara zoom di 33 provinsi. Dalam kesempatan ini Eko sempat menyapa peserta dari Aceh, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Yogyakarta, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara
Menurut Eko, pelatihan ini merupakan bukti keseriusan dari pemerintah pusat untuk memajukan desa-desa. Sebab, desa memiliki posisi strategis dalam pembangunan bangsa dan negara.
Jika desa-desa maju, supra desa, seperti kecamatan dan kabupaten juga akan maju. Meski demikian, ia mengakui tidak gampang untuk memajukan desa. Dibutuhkan komitmen dan perjuangan besar untuk mewujudkannya.
Ia berharap, dengan pelatihan ini akan banyak muncul desa-desa yang lebih maju.
"Mari kita majukan. Kita bikin perubahan. Dari swadaya ke swakarya, dari swakarya ke swasembada. Itu harus jadi komitmen kita bersama-sama," ujarnya.
Banyak Desa Belum Punya PADes
Ia menyebutkan, saat ini jumlah desa yang maju sekitar 7 persen dari jumlah desa di Indonesia. Namun, mayoritas desa masih bergantung pada transfer dana dari pemerintah.
"Yang punya PADes banyak, tapi yang belum banyak. Ada PADes yang sampai Rp 50 miliar, contohnya desa Kutuh," paparnya.
Ia meminta aparatur desa memberikan komitmennya secara maksimal supaya kelak ada warisan buat anak cucu. Desa, kata Eko, juga harus bisa menjadi tempat kehidupan dan penghidupan, utamanya bagi generasi muda.
Advertisement