Liputan6.com, Malang - Kapolda Jatim Irjen Imam Sugianto menyatakan, Polri memberikan prioritas kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan Malang yang ingin menjadi polisi.
“Kapasitas kami apabila ada dari keluarga yang ingin menjadi anggota polri akan kami prioritaskan,” jelasnya, saat doa bersama dengan 79 perwakilan keluarga korban Kanjuruhan, ditulis Sabtu (25/11/23).
Imam menyampaikan, bagi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang ingin masuk polisi, akan mendapat pengawalan dan bantuan pelatihan. Melalui dukungan tersebut, diharapkan mereka bisa bersaing dengan peserta lain saat melakukan tes untuk masuk polisi.
Advertisement
“Mudah-mudahan itu nanti akan kita kawal dan latih. Supaya bisa bersaing dengan peserta yang lain untuk menjadi anggota polri. Tentunya persyaratan dan tata cara yang sudah ada nanti coba kita dalami. Ketika ada yang memenuhi standar akan kita prioritaskan,” jelasnya, dikutip dari tribratanews.
Kapolda Jatim Irjen Imam Sugianto pun menjelaskan, tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 itu merupakan musibah yang tidak inginkan semua orang. Ia pun mengungkapkan duka cita amat mendalam ke keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
“Kejadian Kanjuruhan, semuanya tidak menginginkan. Indonesia berduka, semuanya berduka dan itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah SWT supaya kita lebih kuat, supaya kita bisa menjadi satu lagi, supaya kita bisa berbenah lebih baik lagi,” tambahnya.
Mantan Kapolda Kaltim itu pun berharap silaturahmi antara instansi kepolisian dengan keluarga korban tragedi Kanjuruhan akan terus terjaga dengan baik. Salah satunya lewat pertemuan doa bersama yang digelar di Kota Batu tersebut.
“Dalam kesempatan ini kami juga memberikan bantuan sebagai bentuk tali asih. Ini semua sebagai sarana untuk membangun hubungan lebih baik lagi antara kepolisian dengan keluarga korban tragedi Kanjuruhan,” tutupnya.
135 Nyawa Melayang Akibat Tragedi Kanjuruhan
Sabtu, 1 Oktober 2022, menjadi hari paling kelam dalam sejarah sepak bola tanah air. Tercatat sebanyak 135 nyawa melayang sia-sia usai pertandingan derbi Jatim Liga 1, yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya Surabaya. Kekalahan atas Persebaya di Kanjuruhan sejak 23 tahun terakhir itu, memicu Aremania turun ke lapangan, yang disambut berlebihan oleh aparat keamanan.
Selang beberapa hari usai kejadian, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengatakan, penyebab utama tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang merenggut 135 nyawa, adalah tembakan gas air mata.
Anggota Komnas HAM, Choirul Anam, di Kota Malang, pada Jumat (21/10/2022) mengatakan, penegasan tersebut perlu dia sampaikan karena banyak Aremania atau pendukung Arema FC yang mempertanyakan bahwa penyebab Tragedi Kanjuruhan itu bukan akibat tembakan gas air mata.
"Sampai saat ini, kesimpulan kami gas air mata adalah penyebab utama terjadinya tragedi Kanjuruhan," kata Choirul kala itu.
Dia menjelaskan keyakinan bahwa penyebab utama tragedi pascalaga Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu adalah gas air mata didukung oleh sejumlah bukti yang dimiliki.
Menurutnya, selain tembakan gas air mata, ada pula penyebab lain yang menyebabkan ratusan suporter meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Advertisement