Liputan6.com, Surabaya - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan terlalu dini untuk memastikan secara resmi bahwa penembakan Donald Trump saat dirinya berpidato di Negara Bagian Pennsylvania pada Sabtu (13/7) adalah upaya pembunuhan.
“Saya tidak tahu banyak. Saya punya pendapat, tetapi saya tidak punya fakta apa pun. Jadi, saya ingin memastikan kami mengantongi semua faktanya sebelum saya berkomentar,” kata Joe Biden terkait insiden penembakan Donald Trump.
Baca Juga
Dia mengatakan hal itu saat melakukan konferensi pers pada Sabtu waktu setempat ketika ditanya apakah penembakan tersebut merupakan upaya pembunuhan terhadap Trump.
Advertisement
Biden mengaku dirinya berharap bisa berbicara dengan Donald Trump dengan segera, dilansir dari Antara, Minggu (14/7/2024).
Sebelumnya dilaporkan bahwa penembakan itu sedang diselidiki sebagai upaya pembunuhan, dan sang pelaku tewas di tangan agen-agen Dinas Rahasia AS.
Trump dalam kondisi aman dan baik-baik saja setelah penembakan ketika telinga kanannya terlihat berdarah, menurut laporan media.
Sementara itu, Wakil Presiden Kamala Harris menyebut dirinya “lega dia tidak terluka serius.”
“Kekerasan seperti ini tidak memiliki tempat di negara kita,” tambahnya.
“Kita semua harus mengutuk tindakan menjijikkan ini dan melakukan bagian kita untuk memastikan bahwa hal ini tidak menyebabkan lebih banyak kekerasan.”
Donald Trump Jr., yang merupakan anak Donald Trump, mengaku telah berbicara dengan ayahnya yang masih dirawat di rumah sakit.
Dia mengatakan ayahnya "dalam semangat yang baik" karena dia masih dalam pengawasan, dan menambahkan bahwa ayahnya "tidak akan pernah berhenti."
Pelaku Penembakan Donald Trump Berusia 20 Tahun
FBI mengatakan mereka telah mengidentifikasi seorang remaja berusia 20 tahun sebagai tersangka dalam upaya pembunuhan pada kampanye mantan Presiden Donald Trump.
Menurut FBI seperti dilaporkan oleh abc7chicago, Thomas Matthew Crooks dari Bethel Park, Pennsylvania menjadi subjek yang terlibat dalam penembakan yang menyebabkan satu penonton tewas, dua lainnya luka parah dan memicu kekacauan di acara tersebut.
Para pejabat yang mendapat penjelasan mengenai penyelidikan tersebut mengatakan kepada ABC News bahwa penembakan tersebut – sebuah perkembangan yang mengerikan menjelang Konvensi Nasional Partai Republik – sedang diselidiki sebagai upaya pembunuhan dan peluru tajam tampaknya ditembakkan dari luar batas keamanan.
Kasus ini sedang diselidiki oleh FBI yang diawasi oleh Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman serta kantor kejaksaan AS di Pittsburgh dan terjadi di tengah meningkatnya ancaman.
Dinas Rahasia, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa seorang pelaku penembakan Donald Trump"melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi tinggi di luar tempat unjuk rasa" setelah itu para agen "menetralisir penembak, yang kini sudah meninggal."
Advertisement
Gunakan Senapan Jenis AR
Pelaku menembakkan delapan peluru dari senapan jenis AR sambil bertengger di atap yang berdekatan dengan lokasi kejadian dan berjarak 200-300 yard pada saat penembakan, kata sumber penegak hukum.
Para pejabat pada konferensi pers Sabtu malam mengatakan mereka perlu melakukan tes DNA usai Donald Trump ditembak, karena tersangka penembak tidak memiliki identitas.
“Ini masalah melakukan konfirmasi biometrik,” kata Agen Khusus FBI Kevin Rojek.
“Jadi, tidak ada identifikasi pada individu tersebut, misalnya, jadi kami sedang melihat foto-fotonya sekarang dan kami mencoba memeriksa DNA-nya dan mendapatkan konfirmasi biometrik.”
Tampaknya ada darah di telinga kanan Trump saat dia diturunkan dari panggung, dan dia terlihat mengucapkan kata "pertarungan" dan mengepalkan tinjunya.