Pengertian

Paraplegia adalah kelainan saraf yang menyebabkan kehilangan fungsi sensorik (sensasi) dan motorik (gerak) pada tungkai bawah. Akibatnya, penderita paraplegia akan mengalami kelumpuhan pada kedua kaki. Paraplegia sering terjadi pada laki-laki muda berusia 15 hingga 35 tahun akibat kecelakaan.

Paraplegia dibagi menjadi dua, yaitu komplit dan inkomplit. Paraplegia komplit adalah kerusakan absolut pada sumsum tulang belakang. Hal ini membuat penderita akan kehilangan fungsi sensorik dan motorik. Sedangkan paraplegia inkomplit adalah kerusakan sebagian dari sumsum tulang belakang. Akibatnya, penderita akan kehilangan hanya fungsi sensorik atau motorik saja.

Penyebab

Paraplegia disebabkan oleh cedera pada sumsum tulang belakang karena trauma ataupun kecelakaan. Penyebab paling sering adalah kecelakaan motor dan jatuh pada orang tua (biasanya mereka yang berusia di atas 65 tahun).

Cedera tulang belakang tidak selalu terjadi secara cepat. Kelumpuhan ataupun kelainan sensasi seperti mati rasa dapat terjadi secara langsung ataupun terlambat. Cedera tambahan dapat terjadi karena pembengkakan atau perdarahan. Sehingga penting untuk mencari penyebabnya secara cepat agar dapat diobati secara optimal.

Penyebab lain seperti spina bifida (kelainan bawaan), tumor, kelainan pembekuan darah, infeksi pada sumsum tulang belakang, HNP, dan sebagainya juga dapat memicu terjadinya paraplegia.

Paraplegia

Diagnosis

Dokter akan melakukan wawancara riwayat medis dan gejala pada penderita untuk menentukan diagnosis paraplegia. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik secara lengkap bukan hanya tungkai bawah untuk memastikan jika kelainan hanyalah paraplegia.

Pemeriksaan penunjang yang juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis paraplegia dan menyingkirkan kecurigaan akan gangguan kesehatan lainya. Pemeriksaan tersebut antara lain:

  • Pemeriksaan darah dan laboratorium
  • Pemeriksaan radiologi

Gejala  

Tanda-tanda paraplegia yang umumnya dikeluhkan berupa kelemahan pada kedua tungkai bawah dan kelainan sensasi seperti mati rasa, kesemutan, terbakar, dingin ataupun nyeri. Otot tungkai bawah dapat menjadi kaku dan lama-lama akan mengecil karena tidak digunakan. Pada beberapa kasus, paraplegia juga dapat mengganggu fungsi buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).

Pengobatan

Penderita paraplegia inkomplit umumnya masih dapat berjalan dalam batas tertentu. Meski demikian, banyak penderita paraplegia yang harus menggunakan alat bantu seperti tongkat atau kursi roda. Selain itu, tak sedikit penderita yang membutuhkan obat anti nyeri dan relaksan otot. Hal ini dibutuhkan untuk mengurangi nyeri dan kaku otot yang dirasakan. Terapi juga dibutuhkan untuk gangguan buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).