Dibantai Hacker, Sony Pictures Tak Kapok Bikin Film Kontroversi

CEO Sony Pictures, Michael Lynton mengaku tidak kapok untuk terus memproduksi film-film seperti The Interview.

oleh Adhi Maulana diperbarui 22 Des 2014, 13:10 WIB
Diterbitkan 22 Des 2014, 13:10 WIB
AS Masih Curigai Korut Terlibat Peretasan Sony Pictures
Guardians of Peace (GoP) tersebut menggunakan tools dan teknik yang sama dengan yang biasa digunakan oleh hacker asal Korut.

Liputan6.com, Jakarta - Terhitung sejak akhir November kemarin hingga hari ini, Sony Pictures menjadi bulan-bulanan hacker. Disebutkan ada sekitar 100 terabytes data rahasia perusahaan yang kini dikuasai oleh hacker. Sebagian bahkan telah dipublikasikan oleh kelompok hacker Guardian of Peace (GoP) yang mengklaim sebagai pihak dibalik serangan tersebut.

Sejauh ini pemicu utama serangan hacker kepada Sony Pictures diyakini disebabkan oleh film kontroversial The Interview. Film komedi yang mengangkat tema usaha pembunuhan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un itu membuat geram pemerintah Korut dan para simpatisannya, termasuk kelompok hacker GoP. 

Namun kepada jurnalis CNN Fareed Zakaria, CEO Sony Pictures, Michael Lynton mengaku tidak kapok untuk terus memproduksi film-film seperti The Interview. Menurutnya, humor satir politik hanyalah sebuah cara lain dalam mendeskripsikan realitas.

"Pertama-tama kami membuat film itu (The Interview) karena akan menjadi sebuah komedi yang sangat lucu. Kedua, dunia perfilman memiliki sejarah yang sangat panjang dengan humor satir politik," kata Lynton seperti yang dikutip dari laman Business Insider, Senin (22/12/2014).

Lebih lanjut ia memaparkan, "Ya, saya akan membuat film seperti itu (The Interview) lagi. Jika saya tahu akan mendapat respon seperti ini (diserang hacker), mugkin saya akan melakukan sedikit penyesuaian, tapi saya pikir kita memang tidak selalu memiliki kontrol atas apa yang akan terjadi."

Senada dengan Lynton, sutradara sekaligus aktor di film The Interview, Seth Rogen juga mengatakan bahwa The Inteview adalah sebuah film komedi yang berefrensi pada kenyataan. Meski begitu ia juga menyadari bahwa film arahannya itu memang menyulut kontroversi.

"Kami tidak berpikir (Korut) akan menyukai sebuah film yang benar-benar jujur. Tapi bagaimanapun kami hanya mencoba menyajikan film yang 'memiliki satu kaki' di wilayah kenyataan dan yang lainnya sebatas fiksi. Ini sesuatu yang sangat dianggap menarik oleh penonton," ujar Roger di acara bincang-bincang The Colbert Report beberapa waktu lalu.

Sony Pictures sendiri kini telah membatalkan peluncuran film The Interview yang harusnya ditayangkan perdana pada 25 Desember, bertepatan dengan perayaan Natal.

Pembatalannya sediri, menurut penjelasan Lynton, dikarenakan rantai bioskop besar di Amerika Serikat seperti AMC Entertainment, Regal Entertainment, dan Cinemark memilih untuk tidak memutar film The Interview setelah diancam oleh hacker.

Pun demikian, Lynton berencana untuk merilis film The Interview lewat jalur video-on-demand (VOD). Namun sayangnya, belum ada distributor VOD yang berminat untuk memutar The Intreview. (dhi/dew)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya