Liputan6.com, Jakarta - Makanan berbahan pengawet umumnya mengandung materi kimia yang berbahaya untuk kesehatan manusia, namun tidak jika diawetkan dengan teknologi tenaga nuklir.
Sebuah terobosan baru dalam bidang pengawetan pangan di Tanah Air dikembangkan oleh Badan Teknologi dan Nuklir (Batan) dan dipamerkan di gelaran karya inovasi IPTEK "Research, Innovation and Technology Expo" pada hari ini, Senin, (10/8/2015).
Inovasi pengawetan pangan tersebut menggunakan sebuah alat yang diberi nama "Iradiator Gamma Multiguna" yang dapat mengolah efek teknologi nuklir untuk mengawetkan makanan lebih lama tanpa menggunakan zat kimia pengawet sedikitpun. Dalam proses ini efek nuklir akan dicerna melalui sinar gamma dan dimanfaatkan untuk membunuh mikro bakteri yang ada di dalam makanan.
Dengan menggunakan sinar gamma, segala jenis bahan pangan bisa diawetkan dengan cara aman dan alami. Proses pengawetan ini disebut jauh lebih aman dari menggunakan zat pengawet berbahan kimia karena menggunakan proses fisika murni. Beberapa subjek yang telah dicoba Batan untuk menguji kelayakan pengawetan makanan menggunakan teknologi nuklir adalah kentang, padi, umbi-umbian, hingga rendang. Hasil uji coba tersebut menunjukkan tingkat keawetan sampai enam bulan.
Heru Santosa, Kepala Bidang Diseminasi dari Pusat Diseminasi dan Kemitraan (PDK) Batan, menjelaskan bahwa terobosan ini masih dalam persiapan lebih lanjut.Â
"Kira-kira terdapat empat tahap yang perlu dilakukan untuk bisa menghasilkan iradiator. Tahun lalu, kami telah melakukan upaya pengendalian dan transfer teknologi. Nanti hasilnya akan berkaitan apakah teknologi ini layak digunakan atau perlu dikembangkan lebih jauh lagi," tutur Heru ketika ditemui tim Tekno Liputan6.com di Research, Innovation and Technology Expo, Jakarta.
Untuk tahun ini, Batan telah melakukan perencanaan untuk bisa melanjutkan terobosan teknologi ini. "Kami sudah mendapatkan rincian yang diperlukan untuk program ini, seperti anggaran dan para expert yang terlibat dalam proses pengembangan Iradiator," lanjutnya.
Heru berharap Batan akan berada di tahap akhir pembangunan Iradiator Gamma pada tahun 2016 mendatang. Nantinya, mereka akan melakukan pembangunan Iradiator di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah pertanian dan pelabuhan.
"Kami ingin Iradiator hadir di setiap pelabuhan tanah air, kehadiran alat ini bisa memberikan manfaat yang baik untuk kalangan nelayan. Nanti, ikan hasil tangkapan mereka bisa diawetkan lebih lama tanpa adanya zat pengawet, tentunya nggak pakai efek samping sama sekali," tambah Heru.
Untuk saat ini, Iradiator Gamma sedang berada di dalam tahap audiensi dengan pihak pemerintah. Proses tersebut melibatkan beberapa hal, mulai dari uji kelayakan, transfer teknologi, desain rinci bahkan sampai konsultasi perencanaan dan konstruksi.Â
Untuk biaya, pembangunan Iradiator ini akan menghabiskan dana sekitar Rp 70 miliar, dan sampai saat ini pihak pemerintah sudah merogoh dana sekitar Rp 10 miliar yang berasal dari dana APBN 2014.
(jek/dhi)
Â
Â
Advertisement