Peneliti: Smartwatch Rentan Diretas

Apakah Anda berencana untuk membeli sebuah smartwatch? Sebaiknya Anda berhati-hati karena Anda ada pada risiko kehilangan privasi Anda.

oleh M Hidayat diperbarui 13 Sep 2015, 08:50 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2015, 08:50 WIB
Lebih Murah, Samsung Gear S2 Jadi Pesaing Serius Apple Watch
Di IFA 2015 Samsung memperkenalkan smartwatch generasi terbaru mereka, yakni seri Gear S2 dan Gear S2 Classic.

Liputan6.com, Jakarta - Apakah Anda berencana untuk membeli sebuah smartwatch? Sebaiknya berhati-hati karena risiko kehilangan privasi menanti Anda. Seperti perangkat komputer lainnya, smartwatch juga rentan terhadap peretas, kata seorang peneliti asal India.

Dengan menggunakan aplikasi pada smartwatch Samsung Gear Live, Profesor Romit Roy Choudhury dari University of Illinois di Urbana-Champaign mampu menebak apa yang diketik penggunanya melalui "kebocoran" data yang dihasilkan sensor gerak pada smartwatch.

Chodury mengungkapkan, "Data sensor dari perangkat dapat menjadi pedang bermata dua. Saat kontak perangkat terhadap tubuh manusia akan menawarkan wawasan berharga dalam kesehatan manusia dan suasana, hal itu juga akan membuat jalan bagi pelanggaran yang lebih dalam mengenai privasi manusia." 

Proyeknya yang disebut Motion Leaks melalui Sensor Smartwatch berimplikasi terhadap privasi. Sebuah aplikasi yang disamarkan sebagai pedometer, misalnya, bisa mengumpulkan data dari e-mail, permintaan pencarian dan dokumen rahasia lainnya.

"Tantangan intinya adalah menggambarkan apa yang dapat atau tidak dapat disimpulkan dari data sensor, dan proyek ini merupakan salah satu contoh di sepanjang konteks arah ini," tambahnya, seperti dikutip dari Firstpost, Minggu (13/09/2015).

Meski perangkat yang digunakan dalam proyek ini adalah Samsung Watch, para peneliti juga percaya bahwa wearable device mana pun yang menggunakan sensor gerak --mulai dari Apple Watch sampai Fitbit-- juga rentan.

Aplikasi ini menggunakan akselerometer dan giroskop untuk melacak gerakan mikro dari penekanan tombol ketika pemakainya mengetik pada keyboard. Sementara peneliti Illinois mengembangkan proyek, dapat dibayangkan bahwa peretas bisa membangun aplikasi yang sama dan menyebarkannya ke iTunes dan ekosistem lainnya.

"Ada banyak hal baik yang smartwatch bawa ke kehidupan kita, tapi ada juga hal-hal buruk," kata Dia Wang, mahasiswa PhD di bidang teknik listrik dan komputer di Illinois.

Sebuah solusi untuk kebocoran gerak ini adalah menurunkan tingkat sample rate dari sensor dalam smartwatch tersebut. Misalnya, sample rate biasanya sekitar 200 Hertz. Artinya sistem mencatat pembacaan 200 akselerometer dan giroskop per detik.

"Namun, jika angka tersebut diturunkan di bawah 15, gerakan pergelangan tangan pengguna menjadi sangat sulit untuk dilacak," pungkas Choudhury.

Karya yang didanai oleh US National Science Foundation tersebut akan disajikan pada konferensi MobiCom 2015 di Paris pekan ini.

(why/cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya