Liputan6.com, Jakarta - Dalam diskusi santai di markas ICT Watch baru-baru ini di kawasan Tebet Barat Dalam, Jakarta Selatan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan bahwa sebelum rencana Balon Google (Google Loon) mengemuka, dirinya punya rencana 'balon' lainnya yang secara umum berfungsi mirip dengan Balon Google.
"Sebelum rencana Balon Google, saya sudah pernah ketemu sama anak muda lulusan ITB dan ngobrol soal gagasan balon Wi-Fi dia. Dia juga dapet beasiswa di London dari lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP), lembaga di bawah Kementerian Keuangan itu, loh," jelas Rudiantara.
Balon Wi-Fi tersebut, lanjutnya, dapat menjadi teknologi alternatif yang dapat melengkapi teknologi telekomunikasi yang sudah ada, yang belum mampu menjangkau sejumlah kawasan secara merata. Hal inilah yang juga bisa dikerjakan oleh Balon Google.
Baca Juga
"Saya sebetulnya sudah minta dia supaya proyek ini bisa diuji coba dan jalan secepatnya, tapi dia bilang, 'sabar dulu, Pak. Tahan dulu. Kita belum bisa secepat itu'. Ya sudah, akhirnya kita rencanakan kuartal pertama 2016 ini balon tersebut mudah-mudahan bisa diuji coba," terang pria yang akrab disapa Chief RA itu.
Memang patut diakui bahwa ketersediaan teknologi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia saat ini belum mampu menjangkau semua wilayah Indonesia.
Terlebih Indonesia merupakan negara Kepulauan dan banyak wilayah yang notabene merupakan wilayah tertinggal, terpencil, dan perbatasan, yang jika ditinjau dari aspek feasibily.
Pantauan tim Tekno Liputan6.com, balon internet yang disiapkan Menkominfo itu diberi nama Helion, besutan startup asal Bandung, Insitek (PT Integrasi Sinergi Teknologi).
Startup lokal ini dipimpin oleh pemuda bernama Hagorly M Hutasuhut, pria lulusan Institut Teknologi Bandung dan University College London.
Dalam situs web resminya, Insitek memiliki misi memberikan solusi yang efektif, mempromosikan koordinasi triple helix untuk integrasi teknologi dan inovasi teknologi, serta mempromosikan teknologi angkasa.
(Why/Isk)