Liputan6.com, Jakarta - AOL Inc, perusahaan internet, tampaknya tengah bergelut dengan masalah image dan brand perusahaan. Menurut Chief Marketing Officer, Allie Kline, induk perusahaan dan seluruh brand di dalamnya tak memiliki sebuah 'koneksi' .
Orang lebih mengingat AOL sebagai penyedia jasa email. Padahal, sebagaimana dilansir dari Business Insider, Senin (18/1/2016), AOL memiliki banyak anak usaha di luar layanan itu. Contohnya, anak usaha di bidang media, yakni TechCrunch dan The Huffington Post.
Kline menyebutkan bahwa prioritas utama AOL di tahun ini adalah mencari tahu lebih dalam terkait brand-nya, bahkan apabila harus mengganti nama "AOL" demi hal yang baru.
"Menurutku, tidak ada pilihan buruk, tetapi bagaimanapun juga kita harus membuat pilihan. Apakah brand AOL akan tetap ada atau membuat nama baru?" ujarnya kepada Business Insider.
Lanjutnya, "Jika Anda tanya sekarang, aku akan menjawab bahwa ada hal yang kuat pada AOL karena memiliki banyak arti dan warisan. Kita tak mungkin meninggalkannya. Namun, jika Anda tanya besok, aku akan mengatakan bahwa kita membutuhkan nama baru," ungkapnya.
Menurut riset internal soal branding, Kline menyebutkan bahwa ada sedikit permasalahan. Pasalnya, AOL dulunya adalah brand pertama di internet, yang disukai masyarakat.
"Jika (nama) AOL sudah tepat, mari kita investasi. Jika tidak, mari cari tahu. Namun, tak berinvestasi pada brand bukan lah salah satu opsi," tuturnya. Kline mengungkap bahwa fokus perusahaan pada tahun ini adalah mobile, video, dan pertumbuhan global.
Baca Juga
Sementara itu, Sam Wilson, Global Principal Wolff Olins, agensi yang menangani rebrand AOL sejak 2009, meyakini bahwa meskipun telah membangun kredibiltas perusahaan dengan para pengiklan secara B2B, tetap saja mereka harus "membunuh" nama AOL demi perusahaan dan produknya.
Apabila AOL berganti nama, artinya perusahaan yang berbasis di New York ini akan mengikuti jejak Google yang membentuk induk usaha bernama "Alphabet". Induk usaha Google itu akan menaungi banyak perusahaan.
(Cas/Isk)