Liputan6.com, Jakarta - Selain menarik dan potensial, bisnis ojek online saat ini bisa dibilang sudah makin ketat. Setidaknya ada 2 pemain ojek online terbesar yaitu GoJek dan Grab.
Kemudian ada pula UberMotor yang turut meramaikan bisnis ini, meski armadanya masih agak sulit ditemukan karena memang belum lama diluncurkan. Akan tetapi, muncul spekulasi UberMotor kelak akan menjadi rival berat bagi GoJek dan Grab.
Baca Juga
Di samping itu, ada juga pemain ojek online lain yang mungkin namanya tidak sebesar 3 pemain ojek online yang disebutkan di atas yakni LadyJek, BlueJek, TopJek, Ojekkoe, Ojek Syar'i, UberJek, Bang-Jek, dan SisterOjek.
Sekarang, bisnis ojek online kembali kedatangan pemain baru: TeknoJek. Kira-kira, apa yang membuat TeknoJek ikut terjun ke bisnis ini, padahal kompetisi di lapangan sudah makin ketat?
Berikut ini petikan wawancara Tekno Liputan6.com dengan founder sekaligus CEO TeknoJek, Robert S.D, Kamis (12/5/2016) di kantor TeknoJek.
"Sebenarnya idenya ini kita bukan niru. Dari tahun 2010 itu sebetulnya sudah ada ide yang sama," ujar Robert mengawali jawaban atas pertanyaan Tekno Liputan6.com perihal alasan TeknoJek terjun ke bisnis ojek online.
Robert mengutarakan, salah satu founder yang juga merupakan kawan baiknya, melihat ide ojek online ini sama persis dengan idenya dan ternyata bisa berkembang.
"Waktu itu GoJek belum sebesar ini. Terus, ya udah, yuk. Taksi aja banyak, ada puluhan merek, tapi toh bisa main. Akhirnya kita memutuskan untuk masuk ke dalam bisnis ini karena kita juga melihat peluangnya ada di seluruh kota di Indonesia. Di mana pun di kota kecil pun, ojek itu ada sebetulnya. Jadi, pasarnya memang tidak terbatas di kota besar aja," tutur Robert menerangkan.
Menariknya, Robert dan founder TeknoJek lainnya mencoba untuk memberi sedikit sentuhan berbeda di dalam sistem yang diusung TeknoJek.
"Jadi, kita coba mendirikan (TeknoJek, red.) dengan sistem yang berbeda dengan (pemain ojek online lainnya, red.) yang sudah ada. Ujungnya memang pelayanannya kelihatan sama, tapi di sistemnya nanti akan terlihat berbeda. Ya kira-kira seperti itu. Karena potensi pasar yang masih besar, ya kita masuk juga (ke bisnis ojek online, red)," kata Robert optimistis.
Lantas, sistem apa yang dimaksud Robert berbeda dengan sistem pemain ojek online lainnya?
Pembeda TeknoJek
"Kalau konsepnya begini. Kita percaya diri itu bukan karena punya modal besar, tapi punya konsep yang berbeda. Jadi kalau di luar itu, semua pemain ojek online itu memberikan kerjaan berapa banyak yang sanggup dikerjakan sama driver atau rider mereka," ujar Robert.
Robert mengatakan, TeknoJek ingin mengubah hal tersebut. Di TeknoJek, driver atau rider akan diubah menjadi pengusaha ojek dengan sistem yang TeknoJek bangun.
"Di TeknoJek yang berbeda adalah, kalau seorang rider mau jadi pengusaha ojek, simpel sekali. Dia tinggal join ke kita, lalu dia ajak temennya. Temennya itu langsung jadi armada dia. Ada bagian omzet bulanan setiap bulan sepanjang seumur hidupnya. Itu yang akan kita berikan (sebagai, red.) komisi ke orang ini. Temen yang ngajak temennya lagi, itu masuk dalam armadanya dia juga, dan seterusnya," tutur Robert bersemangat memaparkan pembeda utama TeknoJek dengan pemain ojek online lainnya.
Dari penjelasan awal tersebut, sekilas tampak bahwa TeknoJek menerapkan konsep multilevel marketing. Hal ini pun kemudian diamini oleh Robert.
Kemudian, kata Robert, TeknoJek juga berusaha untuk meredam atau mengurangi konflik horizontal antara ojek online dan ojek pangkalan yang disebabkan oleh subsidi tarif. Ya, telah ketahui bersama bahwa tarif ojek online seperti GoJek, Grab, dan UberMotor memang lebih murah daripada ojek pangkalan dan hal inilah yang antara lain membuat masyarakat lebih memilih ojek online daripada ojek pangkalan.
"Kita mau mengurangi konflik itu ... ... Orang Indonesia itu katanya ramah-ramah, banyak senyum, dan lain-lain. Tapi di lapangan itu kok kayanya bentrok terus hanya karena masalah-masalah seperti ini," ujar Robert.
Mengenai subsidi tarif, Robert menilai tanpa subsidi sekalipun ojek online akan berkembang atau bahkan booming karena customer sudah dimudahkan dengan kehadiran aplikasi ojek online. Tapi ketika subsidi tarif diberlakukan, menurut Robert, tarif ojek online terlalu miring, yang kemudian akan mematikan ojek pangkalan.
"Mereka (ojek pangkalan, red.) tidak bisa bersaing dengan ojek online ini. Itu yang menimbulkan gejolak. Itu yang menimbulkan masalah. Jadi kita hadir salah satunya untuk meniadakan hal itu. Dengan sistem yang kita bangun, saya percaya bahwa TeknoJek akan menjadi sesuatu yang baru," tutur Robert percaya diri.
(Why/Cas)
Advertisement