Liputan6.com, Yogyakarta - Demi mewujudkan konsep smart city di Indonesia, Kementerian Dalam Negeri menggandeng Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM dan PT Microsoft Indonesia.
Baik Microsoft dan UGM akan fokus pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di lingkungan pemerintahan.
Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo mengatakan konsep smart city tidak dapat dipisahkan dari misi pembangunan bangsa Indonesia melalui 9 kebijakan strategis kabinet kerja.Â
"Untuk itu, pemerintah bertekad membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya," ujarnya ditemui tim Tekno Liputan6.com saat menjadi keynote speaker di Symposium Smart City 2016 di UGM, Rabu (7/9/2016).
Ia mengungkapkan pengembangan smart city sudah diterapkan di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Indonesia tak membuka peluang untuk belajar dari pengalaman negara lain, yakni Singapura, Jepang, Tiongkok, dan Korea.
Menurutnya, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kemajuan di beberapa kota yang menerapkan e-Government tidak lepas dari kontribusi teknologi informasi melalui internet.
"Dan saat ini telah menjadi instrumen wajib untuk menghubungkan pemerintah dengan masyarakat, pemerintah dengan dunia usaha, serta hubungan antar instansi pemerintah," ucapnya.
Ia juga tidak menampik bahwa penerapan eGovernment belum merata meskipun telah diterapkan sejak 2003 di Indonesia.
Baca Juga
Tjahjo berharap simposium ini dapat menginisiasi berbagai upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan pemerintahan daerah untuk mewujudkan smart city secara bertahap dan berkesinambungan.
Sementara itu, President Director Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro mengatakan penerapan teknologi yang tepat hanyalah salah satu cara untuk mengakselerasi perkembangan smart city.
"Yang lebih penting adalah kolaborasi aktif antara pemerintah, pelaku industri, lembaga pendidikan dan masyarakat terkait untuk mengimplementasikan teknologi tersebut secara berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
Data yang dirilis The Networked Readiness Index (NRI) 2015 oleh World Economic Forum menyebutkan Indonesia berada di peringkat 79 dari 143 negara dalam index kesiapan jaringan.
Symposium Smart City 2016 diadakan selama tiga hari mulai 7–9 September 2016 dan terdiri dari dua rangkaian acara, yaitu symposium dan panel diskusi di hari pertama dan Smart City Training di hari kedua dan ketiga.
Panel diskusi dihadiri oleh 14 kepala daerah dari kota-kota sekunder yang sedang menginisiasi program Smart City, yaitu Depok, Tangerang, Yogyakarta, Banda Aceh, Makassar, Bandung, Serang, dan lain-lain.
(Switzy Sabandar/Cas)