MMA: Mobile Marketing Tak Akan Gantikan Iklan Konvensional

Meski begitu, peluang mobile marketing untuk tumbuh masih sangat memungkinkan jika melihat jumlah pengguna perangkat mobile di Indonesia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Sep 2016, 17:05 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2016, 17:05 WIB
MMA Forum
Mobile Marketing Association Forum digelar di Jakarta, Kamis (22/9/2016).(Liputan6.com/Agustin Setyo W)

Liputan6.com, Jakarta - Mobile marketing atau pemasaran lewat perangkat mobile memang belum banyak diterapkan di Indonesia. Kebanyakan merek (brand) masih beriklan menggunakan media konvensional seperti televisi, radio, dan media cetak.

Meski begitu, peluang mobile marketing untuk tumbuh masih sangat memungkinkan jika melihat jumlah pengguna perangkat mobile di Indonesia. Apalagi, sebagian besar masyarakat sangat bergantung pada perangkat mobile.

Bagi Managing Director Association (MMA) Asia Pasific Rohit Dadwal, konsep mobile marketing tak akan serta-merta menggantikan iklan konvensional.

"Mobile marketing diperlukan sebagai pelengkap iklan di media konvensional," kata Dadwal ketika ditemui usai menjadi pembicara di acara Mobile Marketing Association Forum di Jakarta, Kamis (22/9/2016).

Ia mengungkap, saat ini belum diketahui seberapa banyak mobile marketing diterapkan di Indonesia. Namun, jumlahnya masih sangat kecil.

Berdasarkan data, jumlah budget alias biaya iklan yang dikeluarkan oleh brand, baru sekitar 7-10 persen dibandingkan total biaya iklan keseluruhan di seluruh Asia Pasifik.

Melihat hal tersebut, MMA tetap optmistis untuk memajukan mobile marketing. MMA memperkirakan, hingga tahun 2018 atau dua tahun mendatang, perusahaan bakal menambah budget untuk mobile marketing dari persen menjadi 20 persen dari total belanja iklannya.

Dadwal mengatakan, masih sedikitnya brand yang beriklan lantaran saat ini mereka masih mengetes dan belajar menggunakan mobile marketing. Ia yakin, dalam beberapa tahun ini mobile adalah segala-galanya.

"Mobile is everything. Perusahaan butuh strategi marketing dan strategi itu adalah mobile. Sebab mobile bisa terintegrasi dengan berbagai hal, seperti media sosial, eCommerce, dan lain-lain," kata Dadwal.

(Tin/Cas)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya