Liputan6.com, Jakarta - Yahoo baru saja mengonfirmasikan kalau ada sekitar 500 juta akun penggunanya yang telah diretas. Jumlah itu disebut-sebut menjadi salah satu kejahatan siber terbesar yang pernah dilakukan.
Namun, Yahoo bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang pernah menjadi korban kejahatan siber. Selainnya, ada beberapa perusahaan kenamaan lain yang juga pernah mengalami kondisi serupa.
Lantas perusahaan apa saja yang pernah menjadi korban kejahatan siber besar-besaran? Berikut ini adalah daftar beberapa perusahaan kenamaan yang mengalami peretasan dalam jumlah besar seperti dikutip dari laman CNBC, Jumat (23/9/2016).
1. MySpace
Salah satu jejaring sosial kenamaan yang juga pernah menjadi sasaran kejahatan siber adalah MySpace. Layanan asal Amerika Serikat itu ternyata pernah diretas oleh hacker pada tahun 2013.
Namun hasil peretasan itu baru diketahui pada pertengahan tahun 2016. Berdasarkan laporan tersebut ada sekitar 360 juta akun termasuk username, password dan email yang dijual pada forum hacker online.
Layanan yang kini dimiliki Time Inc. tersebut segera bereaksi dengan membatalkan seluruh password dari akun-akun yang bocor untuk mencegah dampak lanjutan.
Kasus bobolnya data pengguna
2. LinkedIn
Akun pengguna LinkedIn juga sempat menjadi sasaran pencurian data oleh peretas. Ada sekitar 167 juta akun pengguna yang dijual di forum peretas online.
Baca Juga
Data pengguna tersebut kebanyakan berasal dari pencurian yang dilakukan pada tahun 2012. Ketika itu, ada sekitar 6,5 juta password yang dilaporkan telah dicuri.
Layanan yang telah diakuisisi Microsoft itu segera meminta pengguna mengganti password-nya. Data yang dicuri itu kemudian dijual dengan harga US$ 2.200 dalam kurs bitcoin.
3. eBay
Data pengguna eBay pun tak luput dari aksi para peretas ini. Setelah tiga bulan berhasil disusupi, eBay lalu mengumumkan 145 juta penggunanya harus segera mengganti password.
Dampak serangan ini memang tak begitu membahayakan. Tak ada informasi finansial yang berhasil dibobol, perusahaan juga tak melaporkan adanya transaksi buatan yang dilakukan.
Namun nama pelanggan, password terenkripsi, alamat email, alamat, nomor telepon, dan tanggal lahir berhasil diambil peretas.
Ahli keamanan menyebut data itu dapat digunakan untuk melakukan penipuan gaya lama yang memanfaatkan ponsel.
(Dam/Ysl)
Advertisement