Dianggap Rasis, Mantan Karyawan Gugat Facebook

Facebook digugat oleh mantan karyawannya lantaran dianggap melakukan diskriminasi rasial.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Nov 2016, 07:02 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2016, 07:02 WIB

Liputan6.com, California - Facebook sedang dilanda persoalan hukum mengenai diskriminasi ras. Hal ini terjadi setelah dua pekerja kulit hitam di pusat data North Carolina menuduh perusahaan tak segera merespons keluhan mereka terkait makian-makian rasis yang dialamatkan pada keduanya.

Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari CNET, Minggu (27/11/2016), gugatan hukum itu dilaporkan di Pengadilan Distrik Northern California, Selasa waktu setempat. Lantaran tak merespons keluhan soal makian rasis, perusahaan besutan Mark Zuckerberg diduga melakukan diskriminasi terhadap ras tertentu.

Mantan pegawai Facebook Robert Baron Duffy dan Robert Louis Gary yang kini masih bekerja di Facebook menyebut, salah satu manajer sering melakukan penghinaan bernada rasis terhadap karyawan kulit hitam. Keduanya juga mengaku dibayar lebih rendah dibandingkan dengan karyawan kulit putih.

Penurut pengacara Duffy dan Gary, Sonya Smallet, Facebook belum merespona tentang dugaan diskriminasi ras di pusat data North California yang berlangsung selama tiga tahun itu. 

"Secara umum, saat mencoba berbicara ke orang yang mempekerjakan, hal ini tak digubris. Dengan demikian, ada kecurigaan bahwa ini bukan masalah perseorangan, melainkan perusahaan," tutur Smallets.

Pihak penggugat pun meminta kompensasi bagi kedua karyawan yang telah dirugikan, masing-masing senilai US$ 25.000 atau sekitar Rp 337 juta.

Salah satu juru bicara Facebook mengatakan, klaim tersebut tak mendasar. "Kami telah menginvestigasi dan mengambil langkah cepat untuk menghentikan (manajer), serta menyediakan pelatihan anti-diskriminasi dan anti-pelecehan kepada semua karyawan di pusat data seluruh dunia," ujar juru bicara Facebook.

Facebook juga berupaya terus memonitor karyawannya di tempat kerja (fasilitas pusat data di North Carolina) dan semua pusat data di AS untuk memastikan bahwa pelecehan dan diskriminasi ras tak terulang.

(Tin/Isk)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya