Bos Magic Leap Tepis Isu soal Prototipe Mixed Reality

Tak lama usai foto prototipe diduga perangkat Mixed Reality buatan Magic Leap beredar di internet, sang CEO Rony Abovits langsung buka suara

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Feb 2017, 13:40 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2017, 13:40 WIB
Magic Leap
Rony Abovits, CEO Magic Leap

Liputan6.com, California - Tak lama usai foto prototipe diduga perangkat Mixed Reality buatan Magic Leap beredar di internet, sang CEO Rony Abovits langsung buka suara. Ia mengatakan, prototipe yang ada di dalam foto tersebut bukanlah prototipe dari perangkat Mixed Reality yang nantinya akan dipasarkan.

Dilansir dari Mashable, Selasa (14/2/2017), dalam cuitannya di Twitter, Abovits menjelaskan perangkat tersebut adalah komponen aset R&D (Research and Development) mereka untuk mengumpulkan 'data' dari ruangan untuk machine vision milik mereka.

"Tujuan mengambil data dari ruangan adalah untuk memahami pencahayaan, tekstur, serta permukaan yang beragam," ujar Abovits.

Sebelumnya, gambar prototipe itu terkuak oleh Business Insider dari sumber yang tak disebutkan namanya. Prototipe ini memiliki bentuk seperti backpack dengan sejumlah panel dan komponen.

Adapun Magic Leap memang sudah dikabarkan menggarap prototipe perangkat Mixed Reality dengan kode nama "PEQo". Tujuan utama Magic Leap sebetulnya bergerak di pengembangan teknologi Mixed Reality.

Selain itu mereka juga berkutat pada bidang pengembangan hologram, laser, dan mesin yang sebenarnya tak dapat dikomersialisasi. Karenanya, perusahaan ini tak pernah merilis produk, termasuk melakukan demo dari teknologi yang diusungnya.

Mixed Reality bisa dibilang sedikit berbeda dari Virtual Reality atau Augmented Reality yang mulai menjadi tren selama setahun terakhir. Seperti diketahui, Virtual Reality memungkinkan seseorang pergi ke tempat lain dengan menampilkan suasana tempat tersebut melalui headset.

Sementara Augmented Reality mampu menampilkan gambar di dunia nyata melalui pemetaan kondisi di sekitarnya. Namun, Mixed Reality membuat penggunanya melihat sebuah objek animasi yang seolah-olah berada di dunia nyata. Sebagai hasil, teknologi ini memungkinkan objek digital untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan nyata termasuk objek di dalamnya.

Contohnya, ketika pengguna memakai perangkat Mixed Reality, ia tak sekadar dapat melihat objek digital yang ditampilkan di dunia nyata, tetapi, lebih dari itu, objek tersebut dapat berhubungan dengan benda-benda di dunia nyata, semisal kursi atau lampu.

Hal lain yang menjadi keunggulan teknologi ini adalah tidak adanya batasan perangkat yang bisa digunakan. Teknologi ini didesain untuk dapat ditautkan dengan objek yang nyata maupun maya.

(Jek/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya