Fenomena Bisnis Uber Dituangkan dalam Buku Terbaru Rhenald Kasali

Buku yang ditulis ini Rhenald Kasali ini berjudul Disruption: Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Uber

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Feb 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2017, 09:30 WIB

Liputan6.com, Bekasi - Perubahan yang begitu cepat dalam bisnis saat ini tak dimungkiri telah berpengaruh pada perusahaan-perusahaan di dunia. Bahkan, tak sedikit perusahaan anyar yang membawa perubahan itu mengganggu perusahaan-perusahaan mapan.

Salah satu faktor terpenting dalam perubahan ini adalah teknologi informasi. Era keterhubungan saat ini nyatanya tak secara langsung berhasil menghancurkan sistem-sistem lama. Akibatnya, muncul lawan-lawan bisnis yang tak kelihatan tapi nyatanya memberikan gangguan dan memunculkan kompetisi.

Contoh paling kelihatan adalah kehadiran Uber yang menawarkan layanan seperti taksi, tapi tak berbentuk seperti taksi konvesional. Perusahaan asal Amerika Serikat itu bahkan tak memiliki mobil sendiri. Namun, berdasarkan pengamatan kehadiran Uber telah membuat pengendara taksi di beberapa negara bereaksi menolak kehadiran platform tersebut.

Gejala itu kemudian ditangkap oleh Rhenald Kasali yang dikenal sebagai akademisi di bidang ekonomi. Pria yang juga guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu kemudian membahas gejala tersebut pada buku terbarunya.

Melalui buku berjudul Disruption: Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Uber, Rhenald menggambarkan ada perubahan mendasar terjadi pada bisnis saat ini. Perubahan yang dibawa oleh pemain baru itu tak jarang berdasarkan sistem anyar yang berbeda sama sekali dari sistem saat ini.

"Era sekarang telah membawa perubahan dari sisi keterhubungan yang ditawarkan dunia digital atau internet. Kehadirannya menawarkan platform free of charge, atau semua orang bisa mengembangkannya tanpa biaya apapun," tuturnya saat peluncuran buka Disruption di Bekasi, Minggu (19/2/2017).

Hal itu membuat perusahaan mapan yang menjalankan sistem manajemen dan inovasi berkala sekalipun terkadang harus kewalahan menghadapinya. Ia mencontohkan Nokia dan Kodak yang sudah menerapkan manajemen inovasi sesuai koridor ternyata tetap mengalami kegagalan.

"Beberapa perusahaan masih terperangkap dalam tradisinya sendiri, agar bisa bersaing tradisi itu harus diperbarui," ujarnya melanjutkan. Dalam hal ini, pola pikir yang berbeda (disruptive mindset) harus mulai dilakukan oleh sejumlah pelaku bisnis dan pihak terkait.

Acara peluncuran buka Disruption ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh-tokoh publik dan pejabat negara. Adapun beberapa di antarnya adalah Walikota Bandung Ridwan Kamil, President Director Kalbe Farma Irawati Setiady, Direktur Digital & Strategic Portofolio PT Telkom Indra Utoyo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Walikota Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

(Dam/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya