Liputan6.com, Jakarta - Avast belum lama ini melakukan survei terhadap 700 orang Indonesia untuk mencari tahu bagaimana mereka menilai dan melindungi data di akun online mereka masing-masing.
Mayoritas dari kita memiliki akun online yang tidak terhitung dan tanpa disadari kita menyebarkan informasi pribadi melalui internet.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena itu, Avast ingin mencari tahu bagaimana orang-orang tidak hanya menganggap berharganya data mereka yang tersimpan di akun online, namun juga bagaimana mereka melindungi informasi agar tak jatuh ke tangan yang salah.
Berdasarkan hasil survei, email masih menjadi layanan online yang paling banyak digunakan oleh pengguna di Indonesia yaitu sebanyak 47,1 persen, diikuti Facebook dengan 29,5 persen. Tak hanya sebagai layanan online yang paling banyak digunakan, email juga dianggap penting oleh hampir separuh pengguna di Indonesia.
Menurut keterangan resmi Avast, Rabu (5/4/2017), 97,6 persen orang Indonesia mengklaim memiliki data berharga pada akun online mereka. Lebih jelasnya, berikut ini 8 akun pengguna di Indonesia yang dianggap bernilai di atas US$ 100 atau lebih:
1. 62,5 persen Amazon
2. 48,2 persen LinkedIn
3. 43,9 persen Dropbox atau akun penyimpanan cloud lainnya
4. 41 persen WhatsApp atau layanan mengirim mengirim pesan lainnya
5. 35,3 persen Email
6. 34,8 persen Snapchat
7. 34,6 persen Twitter
8. 33 persen Facebook
Meskipun faktanya email paling banyak digunakan dan sebagai akun online terpenting bagi pengguna di Indonesia, namun mereka menganggap informasi yang lebih berharga terdapat di akun Amazon.
Rentan Dicuri
Ketika sebagian besar dari kita menganggap informasi yang tersimpan di akun bersifat berharga, penjahat cyber tampaknya tidak setuju.
Mereka dapat mencuri informasi akun meliputi nama pengguna, kata sandi, dan rincian kartu kredit melalui pembobolan keamanan serta menjual data tersebut di darknet hanya seharga US$ 2 atau kurang dari nilai tukar Bitcoin.
Setelah layanan utama, seperti Yahoo dan LinkedIn berhasil dibobol dan munculnya kebocoran data di online, tidak heran jika dua dari lima pengguna di Indonesia (42,9 persen) tidak yakin mengenai keamanan data pribadi mereka.
Sayangnya, lebih dari 35 persen orang Indonesia tidak pernah mengganti kata sandi mereka meskipun telah diperingati tentang adanya pembobolan data. 66,3 persen pengguna mengganti kata sandi pada website yang diretas, namun tindakan serupa tidak dilakukan untuk website lain.
Hal ini dapat mengkhawatirkan karena penjahat cyber sering menggunakan informasi pribadi yang didapatkan melalui pembobolan data ke akun lain dengan harapan akun lain tersebut menggunakan kata sandi sama.
(Isk/Why)
Advertisement