Pakar: Banyak Order Fiktif, Sistem Verifikasi Go-Jek Lemah

Praktisi keamanan cyber, Pratama Persadha, menilai sistem verifikasi akun Go-Jek masih lemah karena order fiktif masih bermunculan.

oleh Andina Librianty diperbarui 08 Jul 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2017, 18:30 WIB
20161003-Demo Ojek Online, Gojek-Jakarta
ojek online

Liputan6.com, Jakarta - Praktisi keamanan siber, Pratama Persadha menilai sistem verifikasi akun Go-Jek masih lemah karena order fiktif masih bermunculan. Order fiktif tersebut bukan hanya merugikan driver, tapi juga pelanggan Go-Jek.

Menurut Pratama, Go-Jek seharusnya memiliki sistem verifikasi yang lebih rinci, sehingga dapat mencegah munculnya akun palsu. Sejauh ini, katanya, pihak Go-Jek bisa dibilang hanya mengandalkan verifikasi melalui nomor telepon.

"Padahal kalau hanya pakai nomor telepon, bisa disalahgunakan karena kartu perdana di Indonesia kan sangat mudah dibeli oleh siapa saja. Seharusnya proses verifikasi akun harus lebih rinci, seperti memeriksa kembali identitas yang diberikan dan menelepon balik si pembuat akun," jelas Pratama saat dihubungi tim Tekno Liputan6.com, Sabtu (8/7/2017).

Selain itu, Pratama juga menilai pihak Go-Jek tidak kooperatif menangani kasus penipuan yang terjadi di layanannya. Sebagai perusahaan yang bernilai triliunan rupiah, Go-Jek seharusnya bisa dengan cepat menutup akun yang membuat order fiktif, dan telah terbukti merugikan driver dan konsumennya.

"Ada kasus yang sudah dilaporkan, tidak juga ditanggapi padahal buktinya sudah diberikan. Seharusnya Go-Jek bisa cepat bertindak (menutup akun), termasuk bekerja sama dengan pihak kepolisian. Seharusnya sebagai perusahaan besar dengan sistem yang besar, gampang sekali mengatasi kasus penipuan ini," jelas Pratama.

Kasus akun fiktif di Go-Jek kembali menjadi sorotan setelah seorang pemuda bernama Julianto Sudrajat 'diserbu' sejumlah pesanan yang mengatasnamakan dirinya. Menurut laporan, seorang perempuan yang cintanya ditolak oleh Julianto, membuat akun fiktif dan memesan Go-Food dan Go-Box atas namanya.

Pesanan atas nama Julianto terus berdatangan, padahal ia sama sekali tidak pernah membuat order di layanan Go-Jek tersebut. Bahkan order fiktif masih terjadi, meski Julianto telah mematikan telepon genggamnya.

Julianto mengaku sudah melaporkan kasus ini kepada kepolisian dan Go-Jek. "Mudah-mudahan pelakunya tertangkap dengan cepat, sehingga tidak ada lagi orang yang dirugikan seperti saya," kata Julianto di akun Facebook-nya.

(Din/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya