Penjahat Siber Merajalela di Indonesia, Pakar: Ini Darurat

Menurut pakar keamanan siber dan kriptografi Pratama Persadha, pengawasan infrastruktur IT di Indonesia tidak ketat.

oleh Jeko I. R. diperbarui 31 Jul 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2017, 14:30 WIB
Ransomware
Indonesia Kena Serangan Siber, Pakar: Jangan Sepelekan Keamanan. (Doc: PCMag)

Liputan6.com, Jakarta - Ancaman kejahatan siber kembali mengintai Tanah Air. Belum lama ini, sindikat penipuan internasional asal Tiongkok dan Taiwan baru saja dibekuk oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Pelaku diketahui menggunakan modus dengan menghubungi sejumlah korban dari kalangan pejabat Tiongkok yang tengah terlibat kasus. Mereka pun meminta korban untuk mengirimkan sejumlah uang agar kasusnya dihentikan.

Anehnya, pelaku mengambil lokasi jauh dari negara asalnya, yakni di Jakarta. Diketahui, lokasi kejadian berlangsung di Jalan Raya Sekolah Duta Raya Nomor 5, Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2017).

Bukan tidak mungkin, aksi kejahatan dengan menggunakan voice over internet protocol ini juga bisa mengancam pengguna di Tanah Air.

Menurut pakar keamanan siber dan kriptografi Pratama Persadha, pengawasan terhadap infrastruktur IT di Indonesia tidak ketat. Apalagi, ia menilai kejahatan siber di Indonesia sudah masuk ke level darurat.

"Para pelaku merasa bebas beraksi dan memanfaatkan kebijakan bebas visa di Indonesia ke ratusan negara, jadinya ini mudah sekali masuk ke Indonesia," ujar Pratama kepada Tekno Liputan6.com, Senin (31/7/2017).

"Dampaknya belum terlalu terasa secara langsung, sehingga masalah kejahatan siber di Indonesia sekarang cuma dianggap biasa saja," ujarnya.

Setelah banyak korban yang melapor, Kepolisian Tiongkok lalu melakukan pencarian sindikat penipu ini dan ternyata ditemukan berlokasi di Indonesia. Tak hanya ditangkap di Pondok Indah, sindikat lain juga berhasil diciduk dari Surabaya dan Bali.

Untuk informasi, warga negara asing (WNA) disebut sering menjadi dalang kejahatan siber, khususnya di sektor finansial, yang menyerang perbankan di Indonesia. Para pelaku kerap mengatur rencana kejahatan mereka dari luar negeri.

"Kejahatan siber yang paling sering terjadi di Indonesia adalah financial cybercrime dan pelakunya kebanyakan orang asing," tutur pakar komputer forensik Ruby Alamsyah.

Salah satu contoh kasus adalah ATM frauds atau pembobolan ATM. Menurut Ruby, hampir semua pembobolan ATM didalangi oleh pihak asing dengan bantuan tim operasional orang Indonesia. WNA yang kerap menjadi dalang waktu itu justru berasal dari Rusia.

(Jek/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya