Disambut Hangat, Bos Ganteng Telegram: Terima Kasih Indonesia!

Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov berterima kasih kepada Indonesia atas sambutan yang hangat selama ia berkunjung ke Ibu Kota.

oleh Jeko I. R. diperbarui 03 Agu 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2017, 09:30 WIB
Pendiri Telegram Temui Kemkominfo
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara berjabat tangan dengan pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov setibanya di kantor Kemenkominfo, Jakarta, Selasa (1/8). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan pendiri sekaligus CEO Telegram  Pavel Durov ke Jakarta rupanya meninggalkan kesan yang cukup mendalam.

Via channel resminya di Telegram, Durov mengaku terkesan dengan respons dan sambutan hangat yang diterima selama berada di Ibu Kota.

Ia pun sadar bahwa pengguna di Indonesia berpotensi bisa lebih banyak lagi dan berperan penting. Terutama mengingat antusiasme di Indonesia cukup besar.

Pria lulusan Saint Petersburg University itu pun mengungkap hasil dari pertemuannya dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

Pada pernyataan Durov di bawah ini, ia memaparkan detail pertemuan dengan Menkominfo beserta pencapaian pengguna Telegram , baik dalam skala lokal maupun global.

 

Saya belum sadar ternyata pengguna setia Telegram di Indonesia begitu banyak, setidaknya sampai kemarin. Saya masih takjub atas dukungan yang saya dapat selama kunjungan saya di Jakarta, sangat mengesankan.

Tak cuma bertemu dengan coder lokal dan pengguna awal Telegram, saya juga menikmati santap siang bersama pak Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia.

Sebetulnya, upaya kami untuk bisa terhubung dengan pak Rudi gagal, karena email yang tak bisa kami terima (email tak bisa dipercaya, makanya ayo kita semua beralih ke Telegram!), pada akhirnya semua diputuskan untuk yang terbaik karena kami berhasil menciptakan hubungan personal yang erat.

Tak ada rahasia antara Telegram dan penggunanya, karena kalian yang membuat Telegram populer, bukan pemerintah, pemegang saham atau juga pengiklan (sayang, perusahaan IT malah lupa itu). Jadi, kami menyelenggarakan konferensi pers selama 15 menit untuk menyampaikan apa saja kepada publik terkait isi dari pertemuan kami dengan pak Rudi.

Sebagai hasil dari pertemuan ini, kami akhirnya membuka channel komunikasi langsung di Telegram antara tim kami untuk segera memberantas konten publik dengan propaganda teroris. Kami pun menambahkan pembicara bahasa Indonesia kepada tim kami, jadi kami bisa memproses laporan soal propaganda teroris hanya dalam hitungan jam, bukan 1-2 hari.

Menteri pun meyakinkan kami jika dia begitu menghormati privasi kami. Begitu pun, hak untuk mendapatkan privasi dijamin oleh konstitusi Indonesia. Saya senang mendengar ini. Karena--sayangnya--pemerintah di sejumlah negara besar lain di Asia tidak selalu bisa mendapatkannya. (ya, Tiongkok, saya melihatmu sekarang).

Kami di Telegram benar-benar bangga karena kami tidak mengungkap satu byte data pribadi pun kepada pihak ketiga sejak pertama kali kami mulai. Dan yang terpenting, kami akan terus seperti ini, tanpa adanya pengecualian di mana pun.

Saya pun ingin berbagi statistik pertumbuhan Telegram di konferensi pers kemarin:

-Setiap hari, 600.000 pengguna baru mendaftar Telegram secara global.
-Setiap hari, ada 20.000 pengguna baru yang terdaftar di Telegram, semuanya dari Indonesia.

Terima kasih atas dukungannya, Indonesia dan Dunia!

 

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya