Canon Bidik EOS 6D Mark II Terjual 400 Unit

Canon EOS 6D Mark II ditujukan bagi profesional, pehobi fotografi, dan pengguna yang ingin upgrade dari kamera non-full frame ke full frame.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Sep 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2017, 10:30 WIB
President and CEO Canon Singapore Noriko Gunji (kiri) dan Canon Division Director pt Datascrip Merry Harun memamerkan unit Canon EOS 6D Mark II (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).
President and CEO Canon Singapore Noriko Gunji (kiri) dan Canon Division Director pt Datascrip Merry Harun memamerkan unit Canon EOS 6D Mark II. (Liputan6.com/ Agustin Setyo W).

Liputan6.com, Pasuruan - Canon baru meluncurkan Canon EOS 6D Mark II, kamera DSLR full frame penerus EOS 6D yang dirilis empat tahun sebelumnya. Produk ini dijual Rp 28 jutaan tanpa lensa dan Rp 42,5 jutaan dengan lensa EF 85mm f/1.4L IS USM.

Canon Division Director pt Datascrip Merry Harun menargetkan kamera ini terjual 400 unit hingga akhir tahun. "Karena kita akan jual mulai dari Oktober atau satu kuartal hingga akhir tahun. Penjualan akan dilakukan melalui channel digital dan ada juga melalui Canon Image Square," kata Merry saat ditemui di peluncurannya di Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (27/9/2017) kemarin.

Canon EOS 6D Mark II ditujukan bagi pengguna profesional, pehobi fotografi, untuk pengguna yang ingin upgrade dari kamera non-full frame ke full frame, serta untuk mereka yang ingin upgrade dari kamera EOS 6D ke EOS 6D Mark II.

"Karena di kamera ini banyak teknologi yang diperbarui, jadi memang hadir untuk profesional dan pehobi. Karena jaraknya 4 tahun dari produk pendahulunya, jadi sudah waktunya untuk ganti," katanya.

Merry melanjutkan, kamera DSLR berbeda dengan kamera compact yang mengikuti tren. "Kalau DSLR memang lama (muncul model barunya), karena developing-nya dan memang nggak perlu stylish. Sementara kalau kamera compact memang lebih mengarah ke lifestyle jadi pergantiannya cepat dan mengikuti perkembangan," ujarnya.

Menurutnya, kamera DSLR biasanya baru update di atas 2 tahun setelah model pendahulunya diluncurkan, sebab kalau terlalu sering berganti pembaruan yang dihadirkan tidak maksimal. "Kalau sebentar-sebentar ganti, itu upgrade-nya nanggung jadi memang harus banyak pembaruan teknologi sekalian baru ada yang baru," kata dia.

Kontribusi Kamera untuk Canon Indonesia

Canon EOS 6D Mark II masuk dalam kamera kelas high-end. Namun menurut Merry, kamera ini telah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh pecinta fotografi profesional. Bagi Canon di Indonesia, kamera memang menjadi salah satu tulang punggung pendapatan dengan perbandingan 50:50 dengan printer seri inject.

Namun, sebenarnya pada 2012, kontribusi kamera untuk penjualan Canon di Indonesia mencapai lebih dari 60 persen, sebagian besar dari kamera compact. "Tapi setelah itu mulai kemakan sama smartphone, sehingga market size jadi lebih kecil. Itu pengaruh banget. Nah sampai sekarang kamera 50 persen, itu menurun sedikit demi sedikit," katanya.

Meski begitu, di sisi kamera DSLR, EOS 6D memang memberikan kontribusi besar. "Karena memang yang kelas 5D atau 1D itu mahal sekali, jadi kalau yang ini (EOS 6D Mark II) harganya memang lebih affordable. Ini sebenarnya pengganti 6D, dan sudah banyak yang menantikan 6D mark 2 karena wifi lebih cepat. Pengguna sekarang ingin lebih cepat memindahkan fotonya dengan wifi yang lebih cepat," katanya.

Sebelumnya di tahun 2012, Canon banyak menjual kamera compact dengan harga di bawah Rp 1 jutaan, tetapi karena pasar tersebut tergerus smartphone, Canon mulai meninggalkan pasar kamera di bawah Rp 1 jutaan.

"Sekarang sudah tidak main di situ. Sekarang bener-benar ambil segmen menengah ke atas. Mulai 2015, kamera paling murah yang dijual Canon itu yang Rp 1,3 jutaan. Itu memberi cukup banyak kontribusi ke produk kamera," tutur Merry.

Menurut Merry, meski pun sudah banyak orang puas dengan kamera smartphone, masih ada banyak orang yang menggunakan kamera untuk dokumentasi.

"Masih banyak orang menggunakan kamera itu dokumentasi, misalnya untuk dokumentasi anak ulang tahun kebanyakan pakai kamera, karena resolusi dan karena ingin dicetak. Sementara kalau di smartphone agak sulit mencari ulang momen tersebut beberapa tahun kemudian sebab seringkali sudah berganti smartphone," katanya.

(Tin/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya