Kerap Jadi Sarana Penyebaran Hoax, Bos Facebook Minta Maaf

Menyadari platform besutannya itu telah berubah fungsi, Mark Zuckerberg akhirnya meminta maaf kepada pengguna setia Facebook.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 02 Okt 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2017, 13:00 WIB
Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Mark Zuckerberg sempat menyanggah tanggapan sejumlah pihak yang menyebut Facebook telah menjadi sarana penyebaran berita palsu atau hoax. Bahkan, ia sempat menyebut tuduhan tersebut sebagai hal gila yang tak mungkin terjadi.

Namun dalam kesempatan terbaru, ia menyadari platform besutannya itu telah berubah fungsi. Bersamaan dengan berakhirnya hari Yom Kippur, ia pun meminta maaf atas masalah yang secara tak langsung ditimbulkan oleh Facebook.

Sekadar informasi, Yom Kippur merupakan hari suci bagi kaum Yahudi. Adapun kegiatan pada hari yang dikenal sebagai 'hari penebusan' ini adalah berpuasa untuk merefleksikan kegiatan selama setahun yang lalu termasuk meminta dan memberi maaf kepada orang lain.

"Untuk hasil kerja saya yang digunakan untuk memecah orang, alih-alih menyatukannya. Saya meminta maaf dan akan berusaha lebih baik. Semoga kita semua memperoleh kebaikan setahun ke depan," ujar suami Priscilla Chan itu melalui unggahan di akun Facebook resminya seperti dikutip dari Business Insider, Senin (2/10/2017).

Meski tak menyebut Facebook secara langsung, banyak pihak menduga ucapan maaf itu meluncur langsung dari Zuckerberg karena ia telah mengakui, platform besutannya kerap disalahgunakan. Dalam beberapa kesempatan, ia sempat menyanggah tudingan Facebook turut bertanggung jawab sebagai salah satu platform penyebar hoax.

Sebelumnya, ia memang sempat menepis anggapan berita palsu di platform-nya dapat berpengaruh pada kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Umum Amerika Serikat tahun lalu. Banyak pihak yang menyebut algoritma di Facebook turut menyumbang kemenangan untuk pengusaha tersebut.

"Secara pribadi, saya merasa gagasan berita palsu di Facebook yang sangat sedikit jumlahnya dan dapat mempengaruhi pemilihan umum, merupakan hal yang sangat gila," tuturnya ketika itu.

Akan tetapi, menjelang akhir tahun lalu, pria yang pernah mengenyam pendidikan di Harvard ini pun sempat melunak. Secara bertahap, ia berjanji akan membasmi hoax yang ada di platform-nya. Salah satu inisiatif yang digagas sejak 2016 adalah fitur flag untuk menandakan sebuah berita palsu atau hoax.

Terkini, Facebook itu juga telah menyiapkan sistem berbasis machine learning untuk menurunkan jumlah spam dan mengurangi posting-an yang merujuk pada halaman web yang berkualitas rendah. Hal lain yang juga dilakukan adalah edukasi bagi para pengguna.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya