Pasang Iklan Billboard Terbalik, Ini Kata Bos Lazada

Apakah ini kesalahan Lazada atau memang faktor kesengajaan untuk strategi pemasaran? Ini kata bos Lazada.

oleh Iskandar diperbarui 28 Nov 2017, 15:37 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2017, 15:37 WIB
161209- Indonesia Menempati Peringkat Pertama Pertumbuhan Pasar Internet di Dunia- Johan Tallo
Proses pengepakan di gudang milik Lazada Online Shop, Jakarta, Jumat (9/12). Indonesia menempati urutan pertama, negara dengan pertumbuhan pasar internet terbesar di dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Lazada menuai perhatian warganet karena memasang iklan billboard terbalik di sejumlah wilayah. Apakah ini kesalahan Lazada atau memang faktor kesengajaan untuk strategi pemasaran?

Sadar menjadi perbincangan hangat di media sosial, Chief Marketing Officer Lazada Achmad Alkatiri langsung buka suara. Ia mengaku apa yang dilakukan Lazada (memasang iklan billboard terbalik) adalah bagian dari strategi marketing.

"Di Lazada, kami selalu berusaha untuk melakukan inovasi di berbagai bidang, termasuk dalam marketing. Untuk online revolution tahun ini, Lazada mengambil tema Diskon Mengguncang Semesta. Saking hebohnya diskon yang ditawarkan sampai-sampai membuat dunia orang-orang terguncang dan terbalik," ujarnya kepada Tekno Liputan6.com melalui pesan singkat, Selasa (28/11/2017) di Jakarta.

"Inilah kenapa untuk desain materi komunikasi dibikin serupa, di mana konsep TVC yang mengguncang-guncang dan billboard yang dipasang terbalik," sambung Achmad.

Strategi marketing yang dilakukan Lazada bisa dibilang cukup berhasil, di mana banyak warganet yang memberikan beragam komentar.

Lazada pun akhirnya menjawab beberapa pertanyaan warganet. Mereka membenarkan, billboard iklan tersebut memang dipasang secara terbalik. Tujuanya sederhana, hanya ingin anti-mainstream.

5 Tahun Beroperasi

Sekadar informasi, Lazada Indonesia kini telah menginjak tahun kelima beroperasi di Indonesia. Sejak 2012, marketplace tersebut melakukan sejumlah inovasi pada layanannya di Tanah Air.

Salah satu inovasi pada awal kehadiran Lazada dan masih bertahan hingga saat ini adalah sistem cash on delivery dan Lazada Express. Menurut Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm, kehadiran dua fitur itu tak lepas dari penetrasi kartu kredit dan kepemilikan akun perbankan masyarakat Indonesia yang masih kecil.

Peluncuran aplikasi mobile pada 2013, menurut Holm, tak hanya mendorong pertumbuhan Lazada, tetapi juga pemain lain di industri ekonomi digital Indonesia. Apalagi, Indonesia terbilang sebagai negara tercepat yang mengadopsi perangkat mobile.

"Seiring dengan visi kami pada 2020, Lazada ingin membantu perkembangan sektor usaha kecil dan menengah melalui e-Commerce," tutur Holm.

Ketersediaan gudang Lazada pada 2014, juga mendorong merchant Lazada yang kebanyakan memulai dari skala kecil untuk memasarkan penjualannya.

Konsumen yang melakukan belanja melalui aplikasi mobile Lazada pun kini terus bertambah sejak pertama kali rilis. Meskipun tak mengungkap jumlah pasti, persentase konsumen yang berbelanja lewat aplikasi mencapai 87 persen dari jumlah keseluruhan.

Jumlah itu meningkat jauh dari data Januari 2014 yang hanya 34 persen. Ulasan konsumen mengenai produk di Lazada juga meningkat mencapai 2 juta produk yang diulas pada awal tahun ini.

"Karena Lazada merupakan marketplace, penting untuk saling berbagi ulasan mengenai produk dan merchant di dalamnya. Dengan demikian, konsumen lain dapat mengetahui informasi lebih mendalam," tutur Holm menjelaskan..

(Isk/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya