Gandeng SpaceX, NASA Ciptakan Sensor Pendeteksi Sampah Antariksa

Sensor tersebut bertujuan untuk mengurangi puing sampah antariksa yang berisiko membahayakan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 12 Des 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2017, 15:00 WIB
Tak Cuma Senjata, Laser Juga Digunakan Sebagai Pemusnah Sampah
Perusahaan asal Australia tengah berusaha meledakan sejumlah sampah atau puing-puing antariksa dengan menggunakan laser.

Liputan6.com, California - Sampah-sampah yang melayang di luar angkasa ternyata sangat sulit untuk diamati dari Bumi karena terlalu kecil.

Karena itu, NASA menggandeng perusahaan antariksa milik Elon Musk, SpaceX, untuk mengembangkan sensor terbaru yang bisa mendeteksi puing-puing sampah di antariksa. Sensor tersebut sudah dikirim ke luar angkasa sejak 4 Desember 2017.

Sensor bernama Space Debris Sensor (SDS) ini bertugas untuk mencari objek yang ukurannya bahkan bisa sekecil debu, seperti noda cat dan serpihan puing lain yang bersifat destruktif.

Sensor tersebut, sebagaimana dilansir Science Mag pada Selasa (12/12/2017), dapat membantu Angkatan Udara AS (USAF) untuk melacak objek sampah luar angkasa berukuran besar.

Namun, USAF tidak mampu mendeteksi objek yang kecil karena keterbatasan instrumen. Tercatat, ada 23.000 objek mikro yang sulit dideteksi. Karena itu, kehadiran SDS sangat dibutuhkan.

SDS sendiri merupakan sensor berukuran satu meter persegi dan akan dipasang di Stasiun Luar Angkasa (ISS, International Space Station) yang dilapisi material halus berupa jala.

Ada sensor tipis yang tersemat di dalam material tersebut. Sensor akan menghitung ukuran, dampak, serta intensitas dari puing sampah yang ada di luar angkasa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cara Kerja Sensor

Sampah Antariksa
Ilustrasi sampah antariksa yang ada di sekitar orbit bumi (sumber: mirror.com)

Jadi, saat puing bergerak dan menghantam jala tersebut, mereka akan menyentuh kabel dan menciptakan gesekan yang akan dihitung oleh sensor. Sensor pada tahap ini akan menghitung kecepatan dan benturan puing yang terbang.

Canggihnya, sensor juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi asal-usul puing. Misal, sensor bisa menebak objek berbentuk elips berarti adalah objek meteroid, sedangkan objek melingkar adalah objek yang merupakan puing dari satelit buatan manusia.

SDS juga bisa mengukur kepadatan microdebris atau puing mikro yang ukurannya lebih kecil. Ia bahkan secara akurat bisa memprediksi objek yang lebih kecil dari satuan milimeter.

Direktur Program SDS Brian Weeden menjelaskan, sensor diciptakan untuk mendeteksi puing kecil karena puing-puing ini justru lebih berbahaya dari yang besar.

"Puing tersebut bisa saja memasuki objek yang lebih besar seperti satelit dan bisa merusak kinerja instrumen. Maka itu, kami ingin meminimalisir mengurangi sampah antariksa dengan hadirnya sensor ini," ujar Weeden.

Sebagai informasi, Stasiun Luar Angkasa saja tinggi orbitnya baru di 400 kilometer. Jika memang SDS berhasil, ia nantinya akan mampu mendeteksi puing di sekitar Bumi di ketinggian 700-1.000 kilometer.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya