Ada Bayangan Aneh di Balik Cincin Saturnus, Apa Itu?

Foto yang dibidik Cassini sebelum menghancurkan diri, memperlihatkan bayangan aneh di balik cincin planet. Apa sebenarnya bayangan itu?

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Des 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 14 Des 2017, 07:00 WIB
Cassini Saturnus
Cincin Saturnus (NASA/JPL-Caltech/Space Science Institute)

Liputan6.com, California - Sesaat sebelum Cassini menyelami planet Saturnus dan menghancurkan dirinya, pesawat eksplorasi milik NASA tersebut mengabadikan sejumlah foto yang pada akhirnya dikirim ke Bumi. Beberapa di antaranya adalah foto yang menampilkan bayangan aneh di balik cincin planet.

Bayangan diambil saat Cassini melewati lapisan ionosfer Saturnus dari ketinggian antara 2.600-4.000 kilometer (sekitar 1.615-2.485 mil).

Foto memperlihatkan bayangan seolah keluar dari cincin akibat radiasi sinar ultraviolet Matahari yang mengurangi ionisasi di wilayah cincin.

Menurut penelitian ilmuwan dari Swedish Institute of Space Physics dan NASA Goddard Space Flight Center, ionisasi yang berkurang di wilayah cincin tersebut juga mengakibatkan penurunan plasma.

Diungkap, Saturnus memiliki keempat bagian cincin: A, B, C, dan D. Cincin A dan cincin B justru berpotensi terkena radiasi ultraviolet.

Karena itu, bagian cincin yang terkena radiasi ini menghasilkan bayangan aneh yang tertangkap Cassini. Sementara bagian cincin lainnya, C dan D, tidak terkena dampak dari radiasi ultraviolet.

"Ketebalan lapisan elektron di ionosfer Saturnus berubah drastis dari satu orbit ke lainnya. Variasi mengakibatkan efek elektron yang bergesek di bagian cincin planet," ujar peneliti William Kurth.

Misi Cassini Berakhir September 2017

Saturnus
Foto terakhir Planet Saturnus yang dibidik Cassini. (Foto: NASA Jet Propulsion Laboratory)

Cassini sendiri meledakkan dirinya pada September 2017. Beberapa detik sebelum Cassini meledakkan diri, ia mengirim data dan sinyal terakhir ke NASA. Berdasarkan informasi yang dilansir CNN, pesawat tersebut menenggelamkan dirinya di bagian atmosfer planet dalam kecepatan tinggi.

Proses "Death Dive" terjadi pukul 6.30 pagi waktu Amerika Serikat. Adapun data terakhir diterima oleh tim astronom Deep Space Network di Canberra, Australia satu jam setengah setelah Cassini meledak. Data terakhir Cassini berisikan transkrip terkait komposisi planet.

Menurut penjelasan tim astronom NASA, saat Cassini hendak meledakkan diri, antena pesawat bergerak ke arah Bumi. Hal tersebut dilakukan agar proses pengiriman data berlangsung lancar tanpa hambatan.

Setelah itu, barulah Cassini meledak. Komponennya tersebar ke seluruh penjuru atmosfer. Proses peledakan dramatis ini seolah membuat Cassini telah menjadi bagian dari Saturnus.

"Cassini adalah pesawat luar angkasa yang sempurna," ujar Julie Webster, Chief Operations Cassini. "Ia telah melakukan semua tugasnya dengan baik, sesuai dengan yang kita rencanakan," tambahnya.

Cassini sendiri telah mencetak rekor karena belum pernah ada pesawat luar angkasa NASA yang sedekat itu dengan Saturnus. Karena itu, pencapaian ini diklaim harus diapresiasi dunia.

 

Tugas Terakhir dan Misi Baru

Cassini Saturnus
Titan saat melintasi Saturnus pada 6 Mei 2012. (NASA/JPL-Caltech/SSI)

Pesawat luar angkasa tersebut diketahui telah mengorbit di Planet Cincin selama 13 tahun lamanya. Dalam rangka 'merayakan' akhir masa tugas Cassini, NASA juga merilis video terbaru yang memperlihatkan hari-hari terakhir pesawat itu.

Secara keseluruhan, video mengulas pencapaian besar Cassini hingga masa akhir pesawat yang disebut NASA dengan istilah "Grand Finale".

Sebelum mendekati atmosfer planet, Cassini sendiri sudah melewati bulan Saturnus, Titan, pada April 2017. Fase ini dinilai memiliki risiko cukup berbahaya.

Pasalnya, Cassini harus bergerak cepat di antara atmosfer cincin dan Planet Saturnus demi mengumpulkan data penting terkait berapa usia cincin dan komposisi dari atmosfer planet.

"Meski ini merupakan tugas terakhir Cassini, kami anggap ini sebagai misi baru," kata Project Scientist Lead di NASA Jet Propulsion Laboratory Linda Spilker.

"Kami menerbangkan sebuah pesawat eksplorasi ke tempat yang belum pernah dijamah. Ketika ia terbang ke tempat yang baru, sudah jadi kewajiban baginya untuk menemukan hal yang menakjubkan," ia melanjutkan.

Puncak eksplorasi Cassini sudah terjadi pada 29 November 2016. Ia mengorbit sebuah wilayah yang disebut "F-Ring" usai mengorbit Saturnus sebanyak 22 kali pada saat itu.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya