Hacker Curi Rp 7,1 Triliun dari Bursa Mata Uang Virtual Jepang

Hacker membobol Coincheck, bursa mata uang virtual Jepang, setidaknya Rp 7 triliun melayang karena peretasan ini.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Jan 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2018, 12:00 WIB
Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa mata uang cryptocurrency Jepang Coincheck mengklaim telah menjadi korban hacker. Setidaknya, sekitar US$ 538 juta (setara Rp 7,1 triliun) dibobol. Demikian sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari CNBC, Minggu (28/1/2018).

Pada Jumat 26 Januari 2018, Coincheck menyebut, setidaknya ada 523 juta token NEM --mata uang virtual serupa Bitcoin-- dengan nilai Rp 7,1 triliun telah dicuri.

NEM disebut-sebut termasuk satu dari 10 besar mata uang virtual yang dapat didistribusikan sebagai alat pembayaran dan layanan keuangan lainnya. Sekadar diketahui, Jepang merupakan negara pertama yang mengizinkan pertukaran mata uang virtual.

Coincheck menyebut, masih belum ada informasi lebih detail tentang bagaimana layanannya bisa dibobol. Namun berdasarkan keterangan NEM, uang tersebut tersimpan ditempat yang aman dan entah bagaimana caranya, dibobol oleh hacker.

Coincheck menyebut, pihaknya bakal mempertimbangkan kompensasi pada pengguna yang terkena dampaknya.

NEM Foundation President, Lon Wong mengatakan, organisasinya berupaya melakukan apapun untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

Menurut informasi yang beredar, setelah dibobolnya Coinchek, baik proses penjualan, pembelian, dan penarikan token NEM dihentikan. Gara-gara masalah ini pula, nilai tukar NEM turun dari US$ 1.01 menjadi US$ 0,83.

Disimpan di Hot Wallet

Ilustrasi Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Manajemen Coincheck mengatakan, mereka melakukan penyimpanan token NEM di sebuah tempat yang disebut "hot wallet". "Hot wallet" merupakan metode penyimpanan mata uang virtual yang terhubung dengan internet.

Sementara, bursa mata uang virtual Amerika Serikat Coinbase mengatakan di lamannya, di Amerika, 98 persen pemilik mata uang virtual bersifat offline alias tidak terhubung dengan internet atau disebut "cold wallet".

Coincheck menyebut, selain token NEM, hacker tidak mencuri mata uang virtual lainnya.

Kejadian Lainnya

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya di bulan Desember, bursa mata uang virtual Korea Selatan Youbit juga kehilangan 17 persen aset digitalnya.

Tidak hanya itu, bursa mata uang virtual lainnya di Jepang juga pernah mengajukan kebangkrutan pada 2014. Saat itu mereka mengaku kehilangan 750 ribu pengguna Bitcoin dan 100 ribu sahamnya.

Analis Morgan Stanley pada Desember lalu memperkirakan, Bitcoin senilai lebih dari US$ 630 juta atau setara dengan Rp 8 triliun telah hilang dicuri hacker.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya