Liputan6.com, Jakarta - Jakarta kembali dilanda banjir. Warganet pun tak mau ketinggalan memberikan komentar.
Baca Juga
Advertisement
Tak sedikit warganet yang menyindir gubernur. Namun, ada juga yang meminta agar kasus banjir ini tidak dipolitisasi, karena lebih baik fokus ke penyelamatan korban.
Meski ada beberapa warganet yang melibatkan politik atas kasus banjir, ternyata masih ada yang mengingatkan bahwa mengolok-olok tidak akan menyelesaikan masalah banjir.
Untuk lebih lengkapnya, berikut kicauan warganet di Twitter seputar banjir Jakarta:
Aing bukan pendukung anies atau ahok atau jokowi atau prabowo, cuma ini ada korban jiwa karena bencana masih bisa bisa nya nyalahin orang
— Mario Agung Ramadhan (@Ramadhanmario) February 6, 2018
Ada juga imbauan agar tidak menjadikan banjir sebagai alat twitwar (perang twit).
Kalian rame twitwar, gak mikirin saudara2 kita yg kena banjir, coba berada di posisi mereka. Atau saya di Selatan Jakarta, coba datang ke perumahan dekat cipulir yg kena dampak banjir kiriman. Bantu, gak perlu twitwar, entah pendukung Ahok, entah pendukung Anis
— Mas Yono (@MasYono2017) February 6, 2018
Kicauan lain mengingatkan bahwa mengolok-olok gubernur karena banjir juga tak perlu dilakukan, apalagi mengingat banjir sudah terjadi sejak dulu.
Masih ingat bukan ketika banjir di era Jokowi jadi Gubernur dulu? TL juga dibanjiri olok-olok terhadap Gubernur DKI. Mari kita tunjukkan bahwa kita bukan seperti mereka.
— PS (@PartaiSocmed) February 5, 2018
Pak Anies belum poto-poto nyemplung ke lokasi banjir sambil melukin warga lagi neh?
— ☯️BitterSweet (@mamaciaaa) February 6, 2018
Kenapa Jakarta banjir makin parah? Karena airnya pada dateng ke Jakarta. Kabarnya Anies mau ajak ngobrol itu air supaya bisa dapat solusi yang baik
— WGACA (@SiegerAnwalt) February 5, 2018
waktu jaman Foke ke Jokowi di 2012 setahun kemudian Jakarta lumpuh karena banjir besar tahun 2013 sejak saat itu pembenahan dilakukan oleh Jokowi. Ahok-Djarot mempercepat pembenahan sisanya. Anies-Sandi cukup menggunakan dan "semoga" bisa tetap menjaga yg sudah bagus.
— Cebsy (@cebsaurus) February 5, 2018
Pakai Aplikasi Banjir
Di saat seperti ini, aplikasi PetaBencana.id dapat menjadi referensi untuk mengetahui daerah mana yang terdampak banjir.
Dengan aplikasi tersebut, kamu bisa memantau empat kota, mulai dari Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang. Layanan akan menampilkan wilayah mana yang tergenang banjir dengan empat warna berbeda.
Juru bicara BNPB juga menyarankan agar warga memakai aplikasi ini.
Gunakan aplikasi https://t.co/KsiDJY2zby untuk memantau tinggi muka air sungai, daerah genangan banjir dan laporan banjir secara realtime di Jakarta. Ketik https://t.co/KsiDJY2zby
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) February 5, 2018
Warna merah, misalnya, menunjukkan tinggi air lebih dari 150 cm. Warna oranye menunjukkan tinggi air dari 71 sampai 150 cm, sedangkan warna kuning tinggi air bisa mencapai 10 sampai 70 cm. Selain itu, ada juga warna ungu yang memperlihatkan keterangan 'hati-hati'.
Advertisement
Tinjau Banjir Kebon Pala, Anies Baswedan Minta Warga Sabar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau banjir di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Anies yang mengenakan pakaian dinas harian (PDH) datang sekitar pukul 12.30 WIB. Dia langsung dikelilingi warga.
Anies lalu menghampiri petugas kebersihan dan pemadam kebakaran yang berada di dekat permukiman yang terendam banjir.
Memasuki RW 07, Anies disambut genangan dan lumpur dengan ketinggian sekitar betis orang dewasa. Dengan bersepatu bot, Anies memasuki gang-gang sempit yang tergenang itu.
"Pak Anies, semua rusak ini Pak, kena air semua," ujar salah satu ibu yang rumahnya tergenang pada Anies, Selasa (6/2/2018).
Anies pun meminta warga itu bersabar. "Sabar ya, Bu, semoga mendapat ganti lebih baik," ucap Anies.
Dia pun melanjutkan blusukannya hingga ke gang-gang kecil. Warga mengadu pada sang Gubernur. Anies pun berjanji akan menyiapkan pengungsian dan bantuan yang baik.
Terdapat dua RW yang terdampak pada banjir kali ini, yakni RW 07 dan 08 Kebon Pala. Warga yang mengungsi berada di SMP 26 Jakarta.
(Tom/Jek)