Meski Pendapatan Naik, Uber Malah Tekor Rp 60 Triliun

Perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut diketahui malah merugi hingga Rp 60 triliun di sepanjang 2017.

oleh Jeko I. R. diperbarui 15 Feb 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 14:30 WIB
Kantor Uber
Kantor Uber

Liputan6.com, San Francisco - Pendapatan Uber naik dalam jumlah yang memuaskan. Diketahui, pendapatan perusahaan transportasi online asal Negeri Paman Sam tersebut tumbuh menjadi US$ 2,2 miliar (setara dengan Rp 27,2 triliun) pada kuartal IV 2017.

Jumlah ini meningkat 11,8 persen dari kuartal sebelumnya, dan naik sebanyak 61 persen dari 2016.

Meski pendapatan naik, pada kenyataannya Uber malah merugi. Kerugian perusahaan pada kuartal IV 2017 ditaksir hingga US$ 1,1 miliar (Rp 15 triliun). Jika ditotal, kerugian yang dialami Uber sepanjang 2017 bisa mencapai US$ 4,5 miliar (Rp 60 triliun).

Menurut informasi yang dilansir Los Angeles Times, Kamis (15/2/2018), jika dibandingkan pada 2016, kerugian Uber justru meningkat. Pada 2016, kerugian yang didapat cuma berkisar di angka US$ 2,8 miliar (Rp 3,7 triliun).

Kerugian pada tahun tersebut dipicu oleh lemahnya bisnis perusahan di sejumlah negara, termasuk Tiongkok yang melarang keras Uber untuk beroperasi.

Selain itu, pangsa pasar perusahaan ini juga anjlok hingga 82 persen pada kuartal IV 2017. Meski demikian, Uber mengklaim pangsa pasar kini kembali stabil.

Pun begitu, para analis berpendapat Uber bisa kembali merangkak pelan untuk menebus kerugian yang dialami. Sebab, perusahaan baru saja mengantongi pendanaan baru dari SoftBank sebanyak US$ 14 miliar (Rp 19 triliun). Sebagai catatan, SoftBank memiliki 17,5 persen saham dari Uber.

Diterpa Masalah

Kantor Taksi Uber di Amsterdam Digerebek Jaksa
Agen dari Inspektorat Lingkungan dan Transportasi negara menyita catatan administrasi dari perusahaan Uber.

Kiprah Uber pada 2017 bisa dibilang kurang mujur. Pasalnya, perusahaan diterpa berbagai masalah yang merusak kredibilitas dan reputasi.

Sejumlah skandal mencoreng Uber dan memicu stigma negatif di mata masyarakat, mulai dari pelecehan seksual yang dialami mantan karyawan Susan Fowler, hingga hengkangnya mantan CEO Travis Kalanick karena sejumlah isu negatif.

Kegagalan Kalanick dimulai sejak awal tahun, yakni setelah Fowler mengungkap dirinya mengalami pelecehan seksual di perusahaan.

Hal itu pun memicu munculnya keluhan lain yang serupa dan membuat perusahaan melakukan penyelidikan internal.

Tak hanya masalah internal, Uber dilaporkan juga tengah menangani tuntutan hak kekayaan intelektual atas Waymo, sebuah proyek otonomos di bawah Alphabet.

CEO Baru

CEO Uber Dara Khosrowshahi
CEO Uber Dara Khosrowshahi. Dok: TechCrunch

Sebagai ganti Travis Kalanick, Uber akhirnya mendapatkan CEO baru, Dara Khosrowshahi.

Uniknya, Khosrowshahi merupakan kandidat yang berada di luar radar para direksi. Menurut kabar, saat pembahasan ada dua nama yang menjadi kandidat kuat adalah chairman GE Jeffrey Immelt dan CEO HPE Meg Whitman.

Namun ketika itu, Immelt memutuskan mundur dari pencalonan setelah dirinya yakin tak terpilih. Sementara Whitman tak dipilih karena perbedaan konsep. Ia meminta saat terpilih nanti, kepemimpinannya bebas dari campur tangan Kalanick.

Karena itu, setelah terjadinya perdebatan di antara para anggota dewan direksi, nama Khosrowshahi muncul sebagai kandidat terpilih. Namanya pun segera mencuat sejak Minggu malam lalu waktu setempat.

Menurut kabar, pria berusia 48 tahun ini akan segera bertugas di perusahaan yang berkantor di Silicon Valley. Ia menyebut tawaran sebagai CEO Uber ini merupakan kesempatan sekali seumur hidup.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya