Karyawan Pabrik iPhone yang Palsukan Jam Kerja Naik Empat Kali Lipat

Hasil audit Apple menemukan pelanggaran serius di lingkungan kerja pabrik-pabrik pemasok komponen iPhone di seluruh dunia.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 09 Mar 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 08:30 WIB
Bos Apple Kunjungi Pabrik iPhone 6
Chief Executive Officer (CEO) Apple, Tim Cook, saat mengunjungi pabrik perakitan iPhone (Foto: Tim Cook)

Liputan6.com, Jakarta - Apple mengungkap hasil auditnya yang mendapati sejumlah pelanggaran di lingkungan kerja pabrik pemasok iPhone dan produk Apple lainnya.

Pelanggaran dimaksud di antaranya adalah pemalsuan data jam kerja karyawan yang merakit komponen produk-produk Apple.

Mengutip laman Reuters, Jumat (9/3/2018), secara keseluruhan 756 pemasok Apple di 30 negara cukup patuh pada kode etik produk-produk Apple.

Perlu diketahui, selama ini dalam memproduksi iPhone, iPad, dan produk lainnya, Apple menjalankan rantai manufaktur. Kebanyakan pabrik iPhone pun dimiliki oleh kontraktor mereka.

Apple menemukan ada 44 pelanggaran inti peraturan ketenagakerjaan. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Salah satunya pelanggaran dimaksud, tiga karyawan dipaksa membayar tinggi untuk mendapat pekerjaan. Padahal, praktik tersebut sudah dilarang Apple sejak 2015.

Dalam satu kasus bahkan lebih dari 700 pekerja kontrak asing yang direkrut dari Filipina dikenai US$ 1 juta (Rp 13,7 miliar) untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik iPhone. Apple pun memaksa supplier-nya untuk mengembalikan uang tersebut kepada para kerja kontrak dari Filipina.

Pelanggaran terhadap jam kerja di pabrik pun cukup tinggi. Tahun ini Apple menemukan ada 38 kasus pemalsuan data jam kerja pada 2017, angka ini naik dibandingkan tahun 2016 yang hanya sembilan kasus atau naik lebih dari empat kali lipat.

Apple Berupaya Tingkatkan Kepatuhan

Pabrik Metal Polishing Meledak, Produksi iPhone 6 Terganggu?
Foto ilustrasi: mirror.co.uk

Ketika Apple menemukan kasus pemalsuan jam kerja, Apple memberitahukan kepada CEO perusahaan pemasok dan menghentikan kontrak sementara hingga si pemasok melakukan peninjauan terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Chief Operating Officer Apple Jeff Williams mengatakan, "Kami berkomitmen meningkatkan kepatuhan bagi para pemasok kami tiap tahunnya."

Dalam pernyataannya, Williams menyebut, pelanggaran meningkat didorong oleh banyaknya supplier baru pada 2017.

Apple juga melacak jam kerja dari 1,3 juta karyawan yang bekerja di pabrik supplier mereka. Hasilnya jam kerjanya meningkat 30 persen lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu juga menggarisbawahi peraturan tentang para pekerja yang masih sekolah. Hal ini dilakukan setelah penemuan tahun lalu ditemukan sejumlah siswa Tiongkok bekerja 11 jam sehari di pabrik perakitan iPhone.

Siswa Dipaksa Bekerja Lembur untuk Rakit iPhone

PHOTO: Rela Antre Demi Dapatkan iPhone x dan iPhone 8
Sebuah iPhone 8 terbaru dipajang di gerai iBox, Central Park, Jakarta, Jumat (22/12). iPhone 8, iPhone 8 Plus, dan iPhone X dijual dengan harga 15 hingga 20 juta rupiah tergantung kapasitas memori. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Apple membenarkan sejumlah siswa yang magang di manufaktur iPhone di Tiongkok, Foxconn bekerja lembur untuk merakit iPhone.

Informasi ini pertama kali diketahui saat enam siswa berusia antara 17-18 tahun dari Zhengzhou Urban Rail Transit School mengungkapkan kepada Financial Times.

Salah satu siswa, Yang (18), mengaku mereka dipaksa oleh sekolah untuk bekerja di pabrik untuk memenuhi persyaratan magang mereka.

"Kami dipaksa oleh sekolah untuk bekerja di sini, padahal pekerjaan di sini tidak ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah," kata Yang. 

Salah satu siswa bahkan disebut-sebut merakit 1.200 unit iPhone dalam waktu sehari. Para siswa juga menyebut, mereka bisa bekerja hingga 11 jam per harinya.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Apple menegaskan, siswa tidak seharusnya bekerja lembur untuk merakit iPhone X.

"Selama penyelidikan, kami menemukan ada siswa magang yang bekerja lembur di fasilitas pemasok di Tiongkok. Kami telah mengonfirmasi para siswa tersebut bekerja sukarela, mendapat kompensasi, dan berbagai benefit menguntungkan. Namun, mereka seharusnya tidak diizinkan untuk bekerja lembur," kata juru bicara yang tidak disebut namanya.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya