Rusia Sudah Mulai Blokir Telegram

Regulator telekomunikasi Rusia, pada Senin (16/4/2018), mengatakan telah mulai memblokir akses ke aplikasi pesan singkat Telegram.

oleh Andina Librianty diperbarui 17 Apr 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 15:30 WIB
Logo Aplikasi Telegram
Logo Aplikasi Telegram

Liputan6.com, Moscow - Regulator telekomunikasi Rusia, pada Senin (16/4/2018), mengatakan telah mulai memblokir akses ke aplikasi pesan singkat Telegram.

Pemblokiran dilakukan karena Telegram menolak memberikan akses keamanan pesan rahasia para penggunanya kepada pemerintah setempat.

Dikutip dari Reuters, Selasa (17/4/2018), Federal Service for Supervision of Communications, Information Technology and Mass Media atau Roskomnadzor, telah mengirimkan pemberitahuan kepada para operator telekomunikasi tentang pemblokiran akses Telegram di dalam Rusia. Dibutuhkan waktu selama beberapa jam untuk melakukan pemblokiran total.

Telegram saat ini memiliki lebih dari 200 juta pengguna global dan merupakan aplikasi pesan mobile paling populer ke sembilan di dunia.

Roskomnadzor melakukan pemblokiran atas perintah pengadilan Rusia pada Jumat (13/4/2018), yang memutuskan bahwa Telegram telah melanggar regulasi negara tersebut.

Telegram telah berulang kali menolak memberikan akses pesan enkripsi pengguna kepada Federal Security Service (FSB) Rusia.

FSB beralasan membutuhkan akses tersebut untuk berjaga-jaga dari ancaman keamanan, seperti serangan teroris. Namun, Telegram menilai pemberian akses tersebut sama saja dengan melanggar privasi pengguna.

Pemblokiran Telegram Tak Berdampak pada Keamanan Rusia

Datang ke Jakarta, Bos Telegram Lobi Menkominfo
Menkominfo Rudiantara menerima kunjungan pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov setibanya di kantor Kemenkominfo, Jakarta, Selasa (1/8). Pertemuan Menkominfo dengan Durov untuk menindaklanjuti pemblokiran Telegram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

CEO dan pendiri Telegram, Pavel Durov, menilai pemblokiran tersebut akan merugikan kehidupan 15 juta penduduk Rusia. Di sisi lain, pemblokiran justru tidak akan berdampak apa pun pada peningkatan keamanan Rusia.

"Ancaman teroris di Rusia akan tetap sama karena ekstremis akan terus menggunakan berbagai channel komunikasi yang dienkripsi di layanan pesan lain, atau melalui VPN (Virtual Private Networks). Kami menganggap keputusan pemblokiran itu anti-konstitusoinal dan akan melanjutkan membela hak korespondensi rahasia untuk orang-orang Rusia," ungkap Durov.

Durov merupakan pionir media sosial di Rusia, tapi meninggalkan negara tersebut pada 2014. Sejak saat itu, ia mengkritik dengan vokal berbagai kebijakan Kremlin mengenai kebebasan internet.

 

Telegram Populer di Rusia

Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Iran Hassan Rouhani terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Telegram sangat terkenal di berbagai negara, tidak hanya Rusia, tapi juga di Timur Tengah. Aplikasi ini populer di kalangan jurnalis dan anggota oposisi politik Rusia.

Selain itu, Telegram juga digunakan oleh Kremlin untuk berkomunikasi dengan reporter dan membuat conference calls dengan juru bicara Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Juru bicara Putin pada Senin (17/4/2018), meminta para jurnalis yang sebelumnya kerap mengobrol menggunakan Telegram untuk beralih. Mereka diminta menggunakan layanan pesan bernama ICQ.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya