Liputan6.com, Jakarta - Drone sekarang bukan lagi barang mewah, anak muda pun bisa menyisihkan uang saku dan membeli drone lewat toko online.
Memakai drone tentu terasa seru dan canggih, tetapi pada kenyataannya, dari segi keamanan drone masih perlu dipertanyakan. Pasalnya, laporan terbaru menyebut pesawat nirawak ini rentan diserang hacker.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir Futurism, Rabu (23/5/2018), orang tidak perlu repot-repot menjatuhkan drone secara manual, karena ada saja pihak tak bertanggung jawab bisa melakukan serangan pembajakan secara digital (digital hijacking).
"Tak ada yang namanya keamanan drone. Tidak ada yang bahkan bisa mengerjakan untuk mengamankannya. Hal tersebut memang tidak dipikirkan," ucap Robert Nickel, peneliti firma keamanan mobile Lookout.
Hal ini bisa disikapi secara positif maupun negatif. Negatifnya adalah drone milik seseorang bisa terancam dibajak orang tak bertanggung jawab, sementara sisi positifnya adalah dapat menangkal drone yang dikendalikan orang berniat jahat, seperti memakai drone untuk mata-mata.
Pada sekarang ini, semakin banyak banyak perusahaan yang membangun sistem untuk menangkal drone, seperti Selex dan ApolloShield.
"Drone dapat menyebabkan masalah pada tempat-tempat yang diamankan, baik itu diakibatkan tindakan orang tidak bertanggung jawab atau adanya operator jahat," tukas Nimo Shkedy, CEO ApolloShield.
Beberapa kejahatan yang dapat menggunakan drone adalah mengambil foto secara rahasia, penyelundupan barang, sampai menjatuhkan bahan peledak.
Arab Saudi Terapkan Wajib Lapor untuk Drone
Otoritas Arab Saudi pada bulan lalu memerintahkan para pengguna drone supaya memiliki izin terbang atas perangkatnya.
Peringatan itu diumumkan sehari setelah sebuah drone ditembak jatuh di dekat istana Raja Salman di Riyadh.
"Aturan penggunaan drone memasuki tahap akhir," tulis keterangan Kementerian Dalam Negeri yang dikutip dari laman Saudi Gazette.
Imbauan itu muncul setelah pasukan keamanan Arab Saudi menembak drone rekreasi yang dikendalikan dari jauh.
Drone itu terbang di lingkungan ibu kota Khuzama, tak jauh dari Istana Kerajaan Saudi di Riyadh. Pernyataan otoritas keamanan Arab Saudi menyebut drone itu terbang tanpa perintah dan izin.
Advertisement
Penyelundup Juga Memakai Drone
Kasus lain yang terjadi di Tiongkok ini mencerminkan ketika sebuah inovasi malah dieksploitasi untuk tindak kejahatan.
Pegawai pajak Tiongkok yang bekerja sama dengan pihak berwajib Hong Kong berhasil menciduk 26 orang yang memakai drone untuk menyelundupkan ribuan iPhone dari Hong Kong menuju kota Shenzhen di provinsi Guandong, Tiongkok.
Dilansir dari Reuters, 26 tersangka tertangkap menghubungkan kabel di antara dua drone yang dapat terbang setinggi 200 meter. Lewat kabel tersebut, mereka menaruh iPhone di sebuah tas dan mengirimkannya ke tujuan.
"Ini adalah kasus pertama yang ditemukan di Tiongkok saat drone dipakai dalam kejahatan penyelundupan lintas-batas," ucap pegawai pajak Shenzhen pada Kamis waktu setempat.
Diketahui, para penyelundup sering beroperasi selepas tengah malam. Mereka hanya butuh hitungan detik untuk "menyeberangkan" sekitar 10 iPhone dalam sebuah tas.
Hanya dalam waktu semalam, geng penyelundup tersebut dapat mengirim 15.000 perangkat iPhone.
Bila diuangkan, dengan bermodal dua drone dan kabel saja, geng itu ditaksir menyelundupkan iPhone senilai 500 juta yuan (sekitar Rp 1 triliun) lewat aksi penyelundupan mereka.
Lokasi Kota Shenzhen memang berbatasan dengan Hong Kong. Kota tersebut adalah penghubung antara daratan Tiongkok dan Hong Kong.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: