27 Juli Nanti Bakal Ada Gerhana Bulan Terlama Abad Ini

Sebuah peristiwa gerhana bulan total akan terjadi pada 27 Juli 2018, menurut lembaga antariksa Amerika Serikat NASA, Gerhana Bulan Total tersebut merupakan gerhana bulan terlama pada abad ini.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 02 Jul 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2018, 15:30 WIB
[Bintang] Gerhana Bulan
Gerhana Bulan (Bambang E. Ros/bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah peristiwa gerhana bulan total akan terjadi pada 27 Juli 2018. Menurut lembaga antariksa Amerika Serikat NASA, gerhana bulan total tersebut merupakan yang terlama pada abad ini.

Mengutip laman BCS News, Senin (2/7/2018), gerhana bulan total ini akan bisa dilihat selama 1 jam 43 menit.

Namun sayang, gerhana bulan ini tidak bisa dilihat dari semua tempat di Bumi. Hanya orang yang ada di sebagian Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Asia yang bisa menyaksikan fenomena ini.

Perlu diketahui, gerhana bulan terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam posisi sejajar sehingga membuat bunyi terhalangi oleh bayangan Bulan.

Gerhana sebagian akan terlihat selama 3 jam 55 menit. Hal ini juga akan membuatnya sebagai gerhana terlama sejak 2011 hingga 2020.

Mereka yang tinggal di Amerika Serikat tidak bisa menyaksikan peristiwa kosmik ini. Alih-alih begitu, NASA menyebut, mereka yang tinggal di negara Adi Kuasa tersebut harus menunggu hingga Juli 2020 untuk menyaksikan gerhana bulan.

Awal tahun ini ada gerhana bulan total pada 31 Januari. Saat itu, terjadi peristiwa gerhana bulan bernama Super Blue Blood Moon atau yang biasa disebut dengan supermoon.

Saat itu Bulan memiliki ukuran lebih besar dan terang. Sebutan bulan biru sendiri adalah bulan purnama kedua dalam satu bulan.

Pada saat Super Blue Blood Moon, beberapa wilayah bisa menyaksikannya misalnya Hawaii, Alaska, Kanada, Australia, dan Asia. Tidak hanya itu, Amerika Serikat bagian barat dan Rusia juga bisa menyaksikan kejadian langka ini.

Super Blue Blood Moon

[Bintang] Gerhana Bulan
Penampakan gerhana bulan atau super blue blood moon di Jakarta (31/1/2018). Foto diambil dengan teknik multiple exposure. (Bambang E. Ros/Bintang.com)

Sebelumnya pada akhir Januari 2018, masyarakat di Indonesia bisa menyaksikan peristiwa langka yakni Gerhana Bulan bernama Super Blue Blood Moon. Ada beberapa hal istimewa gerhana bulan ini dibandingkan gerhana bulan lainnya. 

Gerhana bulan tersebut merupakan gabungan tiga fase Bulan yang berbeda-beda, yakni Blue Moon, Blood Moon, hingga Supermoon. NASA menyebut fenomena ini dengan julukan "Super Blue Blood Moon".

Ketiganya akan bergabung dalam satu peristiwa paling langka yang tidak pernah terjadi dalam kurun waktu 150 tahun terakhir.

Apa Itu Super Blue Blood Moon

[Bintang] Gerhana Bulan
Penampakan gerhana bulan atau super blue blood moon di Jakarta (31/1/2018). Foto diambil dengan teknik multiple exposure. (Bambang E. Ros/Bintang.com)

Supermoon adalah fenomena di mana Bulan akan lebih terang 30 persen dan 14 persen lebih besar dari biasanya. Bahkan, penduduk di wilayah Asia akan melihatnya menutupi lintasan bintang Aldebaran sebelum purnama.

Sementara, Blue Moon merupakan fenomena di mana Bulan tampak kebiru-biruan. Peristiwa Blue Moon terakhir terjadi pada Juli 2015 dan yang berikutnya akan berlangsung pada tahun ini. Setelah itu, Blue Moon akan muncul kembali dalam kurun waktu 19 tahun lagi.

Blood Moon sendiri terjadi saat Bumi melewati antara Bulan dan Matahari. Akibatnya, Bulan memiliki warna kemerahan jika dilihat dari Bumi. Sebabnya karena cahaya yang dipantulkan dari Bumi dan Matahari menciptakan warna mirip seperti darah.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya