Dorong Transformasi Digital, Huawei Fokus ke 3 Sektor Kunci Ini

Huawei menegaskan akan terus mendukung transformasi digital Indonesia dengan fokus ke tiga industri kunci.

oleh Iskandar diperbarui 13 Jul 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2018, 13:30 WIB
Huawei Dorong Transformasi Digital Indonesia
Huawei Dorong Transformasi Digital Indonesia. Dok: Huawei Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Huawei menegaskan akan terus mendukung transformasi digital Indonesia dengan fokus ke tiga industri kunci yaitu jasa keuangan, energi, dan transportasi. Ketiga hal tersebut diklaim menjadi akselerator digitalisasi industri di Indonesia.

"Digitalisasi di ketiga sektor itu dapat direalisasikan dengan tiga strategi yaitu inklusi keuangan melalui branchless banking, optimalisasi penggunaan energi dan produktivitas dengan smart grid, serta penguatan manajemen dan peningkatan keamanan aset strategis lewat smart airport,” kata Executive Product Manager Huawei Indonesia, Arri Marsenaldi di Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Dalam hal inklusi keuangan, Arri melanjutkan, Indonesia berada di jalur yang tepat lewat program Gerakan Nasional Non Tunai dan Laku Pandai yang didorong oleh regulator industri perbankan dan keuangan.

"Huawei sendiri sejak 2016 telah dipercaya sebagai mitra transformasi digital beberapa bank terkemuka di Indonesia lewat dukungan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang mendukung peningkatan jumlah transaksi perbankan serta pengolahan big data untuk digitalisasi industri," paparnya.

Berdasarkan data Survei Nasional yang dirilis OJK, tingkat inklusi keuangan Indonesia pada tahun 2016 meningkat menjadi 67,8 persen dibandingkan 59,7 persen pada 2013. Meskipun terjadi peningkatan, persentase masyarakat yang belum mendapat akses perbankan/jasa keuangan masih relatif besar.

“Dengan demikian, kehadiran solusi branchless banking menjadi semakin relevan untuk mendukung inklusi keuangan sekaligus mendorong transformasi digital di sektor jasa keuangan,” ucap Arri menambahkan.

Sebagai ilustrasi, ia mencontohkan bahwa untuk mengoperasikan satu cabang tradisional dibutuhkan biaya Rp 3,6 miliar per bulan. Itu pun dengan layanan operasi terbatas pada hari kerja Senin-Jumat.

“Operasional branchless banking membutuhkan sekitar Rp 600 juta per unit agen bank + ATM per tahun, dengan waktu layanan 24 jam setiap hari. Jika dibandingkan dengan anggaran belanja modal yang sama, ekspansi satu bank bisa melakukan pembukaan 50 cabang baru setiap tahun atau menambah 1.000-5.000 agen bank + ATM per tahun,” katanya.

Penggunaan Energi Listrik Lewat Smart Grid

Huawei Dorong Transformasi Digital Indonesia. Dok: Huawei Indonesia
Huawei Dorong Transformasi Digital Indonesia. Dok: Huawei Indonesia

Fokus berikutnya adalah terkait optimalisasi penggunaan energi listrik lewat smart grid. Pemerintah Indonesia lewat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 menargetkan untuk membangun pembangkit listrik baru berkapasitas 56 GW dengan porsi energi baru terbarukan (EBT) mencapai lebih dari 23 persen hingga 10 tahun ke depan.

Smart grid adalah suatu konsep tata kelola energi listrik berbasis teknologi, informasi dan komunikasi yang menyeluruh mulai dari pembangkit, transmisi, distribusi, hingga pelanggan.

Dalam konsep smart grid, pola penggunaan listrik pelanggan dapat dijadikan tolok ukur untuk mengoptimalkan pasokan dan permintaan energi listrik sehingga manajemen transfer energi listrik akan berjalan dengan efisien.

“Efisiensi dalam tata kelola energi listrik ini akan berdampak terhadap pemerataan akses terhadap energi sehingga pemenuhan kebutuhan akan pasokan listrik yang terus meningkat, terutama di luar Pulau Jawa dapat teratasi,” kata Arri.

Lebih lanjut Arri mengatakan bahwa tata kelola energi listrik berbasis pencatatan manual sangat rentan dengan kesalahan dan mengakibatkan banyak daya yang tersia-siakan sehingga efisiensi manajemen energi akan sulit dicapai.

 

Penguatan Manajemen Transportasi Berbasis Digital

Huawei HQ
Device Laboratory milik Huawei di Beijing, Tiongkok. Liputan6.com/Andina Librianty

Fokus berikutnya yaitu penguatan manajemen transportasi berbasis digital dengan konsep smart airport. Target pemerintah Indonesia untuk membangun 15 bandar udara baru di luar Jakarta selama periode 2015-2019 hampir sepenuhnya tercapai.

Hal tersebut belum termasuk rencana merenovasi 100 bandara yang telah ada guna meningkatkan kemampuan manajemen penumpang.

Berdasarkan data Bank Dunia, penumpang transportasi udara Indonesia telah meningkat lebih dari 10 kali lipat dari 8 juta penumpang pada 1999 menjadi 96,6 juta penumpang pada tahun 2016.

BPS juga mencatat jumlah penumpang domestik dan internasional Indonesia sepanjang tahun 2017 telah mencapai 128 juta penumpang, meningkat 9,5 persen dari tahun sebelumya.

“Tren pertumbuhan penumpang transportasi udara ini harus disikapi sebagai tantangan untuk melakukan transformasi digital, terutama dari segi peningkatan pelayanan, keamanan dan manajemen di bandara,” pungkas Arri.

(Isk/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya