Liputan6.com, Jakarta - Geliat startup berbasis teknologi harus diakui tengah menanjak di Indonesia.
Beberapa di antaranya bahkan sudah berhasil menyentuh angka valuasi yang cukup besar yakni di atas US$ 1 miliar atau yang lebih dikenal dengan startup unicorn.
Kesuksesan tersebut secara tidak langsung turut mempengaruhi sosok-sosok pendiri yang ada di belakangnya, seperti yang dilaporkan majalah Globe Asia baru-baru ini. Ada empat pendiri startup digital yang masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia.
Advertisement
Salah satu nama pendiri startup yang ada dalam tersebut adalah Ferry Unardi yang kini memimpin Traveloka.
Seperti dikutip dari Globe Asia, Kamis (26/7/2018), di usia 30 tahun, kekayan Ferry ditaksir mencapai US$ 145 atau setara Rp 2,09 triliun.
Baca Juga
Kiprah Ferry membesarkan Traveloka dimulai pada 2012, saat layanannya mulai dibuka. Ferry tidak sendirian dalam membangun layanan ini, ia bekerja sama dengan Derianto Kusuma dan Albert Zhang.
Uniknya, Ferry sebenarnya tidak memiliki latar belakang pebisnis. Ia memperoleh gelar Sarjana di bidang Matematika dan Ilmu Komputer dari Purdue University.
Saat ingin memulai bisnis, ia pun melanjutkan kuliah untuk mendapatkan gelar MBA di Harvard University. Namun, siapa sangka, dia ternyata tidak menyelesaikan kuliahnya tersebut dan keluar untuk memulai bisnis.
Sama seperti startup lain, perjalanan Traveloka memang tidak mulus di awal kelahirannya. Ketika itu, tidak ada maskapai penerbangan yang ingin bekerja sama dengan Traveloka.
Namun, hal itu tidak menyurutkan niat para pendirinya untuk terus mengembangkan layanan Traveloka. Hal ini terbukti dengan capaian yang sudah diperoleh startup tersebut sekarang.
Berawal dari penyedia penjualan tiket pesawat, Traveloka kini sudah menawarkan beragam lain, mulai dari pemesanan hotel hingga pembelian pulsa. Tim kecil Traveloka yang awalnya beranggotakan 10 orang, kini juga sudah mencapai ribuan karyawan.
Traveloka Kantongi Pendanaan Rp 6,6 Triliun dari Expedia
Kesuksesan Traveloka juga dapat dilihat dari pendanaan yang diterima perusahaan. Pada Agustus 2017, Traveloka mengumumkan telah mengantongi investasi baru dengan nilai kurang lebih US$ 500 juta (setara dengan Rp 6,6 triliun) dari Expedia.
Tak cuma itu, pendanaan juga diperoleh dari sejumlah pihak lain, di antaranya meliputi East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, dan Sequoia Capital dalam satu tahun terakhir.
Adapun investasi dari Expedia dipastikan akan menjalin kemitraan lebih dekat untuk menyediakan layanan kamar hotel. Jadi, Traveloka nantinya bisa memberikan lebih banyak opsi daftar akomodasi internasional kepada turis di Asia Tenggara.
Ferry Unardi, co-Founder dan CEO Traveloka berkata, investasi tersebut memungkinkan pihaknya fokus dengan upaya untuk terus tumbuh di industri perjalanan online.
Untuk informasi, Expedia adalah perusahaan perjalanan online internasional yang kiprahnya sudah besar di kancah global. Investasi yang digelontorkan pada Traveloka juga menegaskan skala dan peningkatan minat dunia internasional untuk sektor perjalanan Asia Pasifik.
Advertisement
Bos Startup Indonesia yang Jadi Miliarder
Selain Ferry, bos startup lain yang juga masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia adalah pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya.
Kekayaan pria berusia 36 tahun itu diperkirakan mencapai angka US$ 130 juta atau setara Rp 1,95 triliun.Â
{osisi berikutnya, nama pendiri sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky bertengger. Globe Asia memperkirakan jumlah harta kekayaan Zaky saat ini sebanyak US$ 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun.
Bicara startup Indonesia tak lengkap jika tidak menyebut Go-Jek yang kini tengah mengembangkan sayap ke luar negeri. Bos Go-Jek Nadiem Makarim juga masuk ke daftar 150 orang terkaya di Indonesia.
Harta Nadiem kini disebut-sebut telah mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,45 triliun.
Globe Asia mencatat, nama-nama di atas telah memulai mengembangkan perusahaannya sehingga disebut sebagai startup unicorn yang masing-masing punya beragam produk.
Misalnya dalam bentuk e-Commerce hingga aplikasi yang menyuguhkan solusi untuk masalah yang dihadapi orang Indonesia kebanyakan.
Kesuksesan Silicon Valley dalam bidang teknologi dan informasi akan menciptakan tantangan besar bagi Indonesia untuk berhasil dalam bisnis software.
Seorang mantan teknisi di Go-Jek yang tidak disebutkan namanya menyebut, dirinya percaya ada kemungkinan para pendiri startup menjadi miliarder baru. Semuanya tergantung dari banyak faktor.
Faktor terpenting adalah investasi di startup kebanyakan melibatkan pencairan saham. Investasi entah itu seri A, B, dan C dari venture capital biasanya dibarengi dengan pertukaran pemilikan saham yang lebih besar.
Sumber itu bahkan menyebut, Nadiem Makarim dan mitranya kini mengendalikan kurang dari 10 persen dari saham Go-Jek.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â