Bikin Bergidik! 5 Eksperimen Ini Pakai Manusia Sebagai Kelinci Percobaan

Tak disangka-sangka, ternyata ada beberapa eksperimen ilmiah yang memanfaatkan manusia sebagai objek percobaan. Apa saja?

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Agu 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 17:00 WIB
Ngeri, 5 Eksperimen Ini Gunakan Manusia Sebagai Kelinci Percobaan
(Foto: elintransigente.com) Eksperimen sifilis di Guatemala

Liputan6.com, Jakarta - Zaman dulu, banyak sekali eksperimen mengerikan dengan menggunakan manusia sebagai objeknya.

Biasanya, yang menjadi objek penelitian alias eksperimen jahat tersebut adalah para budak, tahanan maupun sebuah keluarga.

Para peneliti yang dalam hal ini kebanyakan adalah para dokter yang mengorbankan kehidupan seseorang untuk kehidupan orang lainnya.

Hal ini benar-benar terjadi dan sudah tercatat dalam sejarah. Apa aja? Yuk simak daftarnya di bawah ini.

1. Project 4.1

Ngeri, 5 Eksperimen Ini Gunakan Manusia Sebagai Kelinci Percobaan
(Foto: Getty Images) Penjara San Quentin

Project 4.1 adalah perancangan penelitian medis di AS yang dilakukan oleh penduduk Marshall Islands.

Mereka diarahkan untuk melakukan tes nuklir dengan cara menjatuhkan bahan radioaktif dari tanggal 1 Maret 1954 di Bikini Atoll, yang ternyata menghasilkan dampak dahsyat yang tak terduga sama sekali.

Setelah satu dekade tes itu dilakukan, efeknya pun mulai nampak dan dikorelasikan dengan tes nuklir itu, yaitu meningkatnya keguguran dan matinya janin sebesar dua kali lipat pada lima tahun pertama setelah eksperimen itu, tetapi kemudian kembali normal lagi.

Setelah 10 tahun, efek-efek lainnya bermunculan, anak-anak mereka menderita kanker Thyroid. Departemen Energi mengatakan bahwasanya penduduk Marshall ternyata dijadikan objek dalam percobaan tersebut.

2. Project MKULTRA

Eksperimen NASA: Ketika Manusia Diterpa Angin Berkecepatan 457mph
Peneliti NASA ingin mempelajari apakah terpaan angin aman untuk pilot jika kanopi meledak.

Project MKULTRA atau MK-ULTRA adalah kode untuk program penelitian mind-control (pengendalian pikiran) yang dilakukan CIA, yang dimulai pada era 1950-an dan dilanjutkan hingga akhir 1960-an.

Banyak yang mempublikasikan bahwasanya proyek itu dengan sembunyi-sembunyi menggunakan berbagai macam obat-obatan, untuk memanipulasi mental individual dan mengubah fungsi otak.

Eksperimen ini menggunakan LSD (sejenis obat-obatan) yang diberikan kepada pekerja CIA, personel militer, doktor, agen pemerintah, PSK, pasien kelainan mental dan anggota lainnya untuk mempelajari bagaimana reaksi mereka.

LSD dan obat-obatan lainnya diberikan tanpa adanya studi dan izin. Pelanggaran terhadap Nuremberg Code yang telah disetujui AS.

Usaha untuk “merekrut” objek penelitian yang telah disebutkan di atas pun ilegal, walaupun faktanya obat-obatan yang digunakan telah terdaftar.

Pada 1973, Direktur CIA, Richard Helms memerintahkan agar semua file MKULTRA dihancurkan. Sehingga menyebabkan investigasi terhadap kasus ini tidak dimungkinkan lagi untuk dilakukan.

3. The Aversion Project

Sisi kelam pengakuan prajurit (4)
Ilustrasi eksperimen pada manusia. (Sumber US Navy)

Tentara apartheid Afrika Selatan memaksa prajurit lesbian dan gay kulit putih untuk menjalani operasi ‘sex-change’ pada era 1970-an dan 1980-an, menghukum mereka dengan cara dikebiri, kejutan listrik dan eksperimen medis lainnya.

Walaupun jumlah pastinya tidak diketahui, ahli bedah dari tentara apartheid memperkirakan sebanyak 900 tentara dikerahkan untuk operasi ini sejak 1971 hingga 1989 di rumah sakit militer, sebagai bagian dari program top secret untuk menumpas homoseksual.

Psikiater tentara dibantu oleh pemimpin agama setempat dengan agresif “menguber-uber”  tentara homoseksual, mengirim mereka satu per satu menuju unit psikiater militer.

Bagi yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan, shock terapi, pengobatan dengan hormon, dan maka akan dikebiri atau diganti alat kelaminnya.

4. Poison Laboratory of the Soviets

Eksperimen manusia-kera (2)
Joseph Stalin. (Sumber Wikimedia Commons)

Laboratorium Racun (The Poison Laboratory) Soviet yang sangat rahasia juga dikenal dengan nama Laboratory 1, Laboratory 2 dan “The Chamber”, yang merupakan fasilitas penelitian dan pengembangan racun milik agen polisi rahasia Soviet.

Mereka menguji sejumlah racun mematikan dengan objek para tahanan dari Gulag (musuh masyarakat). Racun tersebut antara lain gas mustard, ricin, digitoxyn dan lain-lain. 

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan zat kimia yang tak berasa dan berbau yang tidak bisa terdeteksi oleh alat-alat tertentu.

“Kandidat” racun diberikan kepada korban, lewat makanan dan minuman mereka, sebagai “obat”.

Dan berdasarkan testimoni para saksi mata, korban kemudian berubah secara fisik, mereka menjadi lebih pendek, cepat lelah, tenang, diam dan akhirnya mati dalam 15 menit.

Mairanovsky menggunakan berbagai macam kondisi untuk para korbannya untuk mendapatkan gambaran yang berbeda-beda dari tiap racun.

5. The Tuskegee Syphilis Study

Ilustrasi tentang eksperimen Giovanni Aldini dalam membangkitkan mayat - AP
Ilustrasi tentang eksperimen Giovanni Aldini dalam membangkitkan mayat - AP

The Tuskegee Syphilis Study (penelitian Siphillis Tuskegee) terhadap pria Negro merupakan penelitian klinis yang dilakukan pada tahun 1932-1972 di Tuskegee, Alabama, AS, yang mana sebanyak 399 pria Afro-Amerika miskin (ditambah 201 orang, kelompok kontrol yang tidak mengidap siphillis) yang merupakan petani dan beberapa mengidap siphillis.

Penelitian ini kemudian menjadi kontroversial karena dilaksanakan tanpa adanya perlindungan HAM terhadap objek penelitian.

Mereka yang didaftarkan di penelitian ini tidak diberikan informasi mengenai hasil diagnosa terhadap mereka, dan termasuk persetujuan untuk dijadikan bahan penelitian. 

Bahkan mereka dikatakan memiliki darah yang kotor “bad blood” dan diiming-imingkan mendapatkan perawatan medis, kendaraan antar menuju klinik, makanan dan asuransi kematian.

Pada 1932, ketika penelitian ini dimulai, standar pengobatan untuk pengidap siphillis yang digunakan sangat beracun, berbahaya dan efektivitasnya dipertanyakan.

Sebenarnya, lebih baik para pasien pengidap penyakit kelamin tersebut tidak ikut serta dalam penelitian berbahaya ini.

Di penghujung penelitian ini, hanya 74 orang yang tetap hidup. 28 meninggal langsung karena siphillis, 100 karena komplikasi, 40 istri mereka tertular penyakit ini, dan 19 anak mereka terlahir terkena penyakit siphillis bawaan.

Reporter: Brilio

Sumber: Brilio.net

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya