5G Belum Komersial, Telkomsel Bakal Geber 4,9G

5G masih dalam tahap demo dan uji coba. Teknologi itu akan benar-benar go live jika memang ekosistem pendukung untuk komersialisasi sudah benar-benar rampung.

oleh Jeko I. R. diperbarui 10 Agu 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 19:00 WIB
Telkomsel
BTS 5G di Telkomsel 5G Experience Center. Liputan6.com/Jeko I.R.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi 5G akan dipamerkan Telkomsel di gelaran Asian Games 2018.

Di turnamen olahraga bergengsi tersebut, Telkomsel akan unjuk gigi use case teknologi 5G di sebuah pameran bernama Telkomsel 5G Experience.

Meski 5G siap dipamerkan di Asian Games 2018, bukan berarti Telkomsel siap mengkomersialisasikan teknologi generasi kelima ini.

Menurut Direktur Network Telkomsel, Bob Apriawan, 5G masih dalam tahap demo dan uji coba. Teknologi itu akan benar-benar go live jika memang ekosistem pendukung untuk komersialisasi sudah benar-benar rampung. 

Selain itu, Bob juga membeberkan 5G membutuhkan infrastruktur tambahan, seperti Base Station berbasis MIMO hingga perangkat yang mendukung 5G. 

Ia menilai, hal ini membutuhkan jaringan yang kuat untuk bisa mengatasi kepadatan perangkat dan mengatasi waktu tunda.

“Kita masih trial 5G, masih terus dilakukan. Namanya kalau mau komersialisasi, ya ekosistemnya harus kuat, jadi harus mengarah ke sana,” kata Bob kepada Tekno Liputan6.com di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (10/8/2018).

Idealnya, ujar Bob, 5G nanti akan komersial pada 2020. Namun, berdasarkan rencana Telkomsel, teknologi ini baru akan siap diimplementasikan pada sektor industri dan mesin pada 2021 atau paling telat pada 2022.

Lantas untuk sekarang, teknologi jaringan mumpuni yang sudah lebih dulu komersial adalah 4,9G. Menurut Bob, Telkomsel akan lebih dulu fokus berupaya memperluas teknologi yang juga disebut 4G+ ini.

“4.9G sudah komersial. Kecepatannya secara teori bisa 1Gbps lebih,” sebut Bob.

Lalu, apa bedanya 4,9G dan 5G? Bob menjelaskan, keduanya berbeda dari sisi infrastruktur dan teknologi. 

“4,9G itu semacam improvement dari 4G. 4G ada tiga generasi: LTE biasa, LTE Advanced (4,5G), dan LTE Advanced Pro (4,9G),” tukasnya. 

Adapun teknologi 4,9G ini sudah dipasang di wilayah dengan kepadatan tinggi yang ada di kota-kota besar, seperti Gelora Bung Karno (GBK), mal-mal besar, dan tempat publik lain yang membutuhkan demand jaringan lebih banyak.

Sebagai perbandingan, kecepatan unduh 4G berada di kisaran 10 Mbps-150 Mbps dan kecepatan unggah antara 5 Mbps-50 Mbps. Pada segi frekuensi, lebar pita yang dipakai ada di kisaran 1,4 MHz-20 MHz.

Sementara untuk 4,5G, kecepatan unduh bisa mencapai 300 Mbps dengan kisaran lebih luas ke Internet of Things (IoT) di mana perangkat bisa terhubung lebih luas karena tak hanya menghubungkan perangkat seluler.

Adapun pada 4,9G, kecepatan bisa ada di atas 1 Gbps dan waktu tunda atau latensi 2 miliseconds

 

Memaksimalkan 4,9G

Telkomsel
Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, bersama jajaran direksi Telkomsel lain saat memamerkan bus otonomos di Telkomsel 5G Experience Center, Jakarta. Liputan6.com/Jeko I.R.

Bob juga mengibaratkan teknologi jaringan ini layaknya mobil. Karena itu, Telkomsel mengerahkan teknologi 4G akan digunakan semaksimal mungkin hingga 4,9G sebelum akhirnya bersiap ke 5G. 

“4G itu seperti mobil harus di-tuning, ya tuning hingga 4,9G. Mentok ya lanjut ke 5G, ibarat mobil harus ganti mesin,” imbuh Bob.

Meski beralih ke 5G, Bob menjamin teknologi 4G akan tetap coexist dan digunakan pelanggan. Namun, pada tahap ini, Telkomsel akan memanfaatkan slot 2G dan 3G untuk menggeber 4G. 

“Kita akan reuse dan revamp kapasitas 2G dan 3G untuk 4G. Kenapa? Enggak mungkin dong 5G nanti bisa di mana-mana. Ibaratnya ini selimutnya yang gede 4G-nya, yang drive through-nya pakai 5G,” tandasnya.

Investasi 4,9G dan 5G

Telkomsel
Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, bersama jajaran direksi Telkomsel lain saat menjajal wahana showcase di Telkomsel 5G Experience Center, Jakarta. Liputan6.com/Jeko I.R.

Terkait investasi, Bob tidak mengungkap lebih detail soal investasi yang dikeluarkan Telkomsel untuk 4,9 dan 5G.

Hanya, untuk 4,9G, ia menjelaskan investasi lebih ditujukan untuk penambahan fitur dan antena.

Sementara untuk 5G, perusahaan menggelontorkan investasi tinggi karena teknologinya berbeda.

Pria ini mengilustrasikan kalau pihaknya menggelontorkan Rp 1 triliun untuk pita selebar 30 MHz, maka diperlukan minimal Rp 2,5 triliun untuk bisa memiliki pita selebar 100 MHz. Itu pun juga baru untuk spektrum.

Tak cuma itu, masih ada komponen lain seperti perangkat dan aplikasi yang butuh dana lebih banyak. Karenanya, jika dikembangkan secara komersial, tentu teknologi ini tak akan berdampak secara masif.

"5G butuh spektrum setidaknya 100 MHz. Di 2,3 GHz kami punya 30 MHz, katakanlah beli Rp 1 triliun. Kalau 100 MHz berapa?" ujar Bob.

Ke depannya pun, Telkomsel secara perlahan akan meluaskan coverage 5G ke berbagai daerah, tetapi tetap mengikuti kebutuhan dari masing-masing wlayah.

"Polanya begini, (perluasan) 5G akan mengikuti deploy 3G dan 4G, selalu di titik kecil atau industrial area, serta kawasan dengan demand tinggi, nanti baru akan di-extend coverage-nya," pungkas Bob.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya