Membedah Layanan 4G+ dari Smartfren di Kota Gudeg

Kelebihan dari layanan 4G+ ini dibanding layanan 4G biasa adalah kemampuannya secara real time mengatur situasi dan kondisi jaringan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 15 Agu 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2018, 14:00 WIB
Smartfren
VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo. Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar

Liputan6.com, Yogyakarta - Smartfren kian meneguhkan diri sebagai operator 4G dengan terus meningkatkan kemampuan layanannya. Salah satu yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi 4G paling termutakhir.

Menurut VP Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo, teknologi terbaru yang diterapkan Smartfren ini membuat operator tersebut dapat menawarkan layanan jaringan dengan nama 4G+.

"Awal tahun ini, kami berhasil mengimplementasikan teknologi 4G paling mutakhir, setelah sebelumnya pada akhir 2017 kami mematikan layanan CDMA kami," tuturnya kepada awak media di Yogyakarta, Rabu (14/8/2018).

Kelebihan dari layanan 4G+ ini dibanding layanan 4G biasa adalah kemampuannya secara real time mengatur situasi dan kondisi jaringan. Dengan kata lain, aliran lalu lintas data yang diberikan pengguna dapat lebih baik.

Adapun implementasi teknologi yang diterapkan untuk kemampuan 4G+ ini mencakup massive carrier aggregation, Multi Input Multi Output Antenna (MIMO), Quadratur Amplitude Modulations (QAM), dan beam forming (8T8R).

"Teknologi itu mampu meningkatkan kecepatan dan stabilitas trafik data 4G LTE, melalui menggabungkan kanal frekuensi, memperbanyak I/O gate di tiap BTS, dan mengantarkan paket data secara lebih efektif dan efisien," tutur Munir menjelaskan.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Dapat Diakses dari Perangkat Tertentu

Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Meski demikian, layanan 4G+ dari Smartfren ini tetap harus diakses dari perangkat yang sudah mendukung. Munir menjelaskan, layanan ini dapat diterima di perangkat yang sudah mendukung LTE Cat.9.

"Nantinya, di indikator jaringan perangkat akan muncul tulisan 4G+. Tapi patokan kami bukan soal kecepatan, tapi handset yang sudah mendukung 4G+ dapat menikmati layanan kami lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.

Sekadar informasi, penerapan teknologi Massive MIMO sendiri sudah dilakukan Smartfren sejak Februari 2018. Penerapan teknologi ini disebut menjadi Smartfren mengantisipasi bertambahnya pelanggan.

 

Cara Smartfren Sambut Era 5G

Ilustrasi Foto Jaringan Telpon Seluler atau HP 4G dan 5G. (iSrockphoto)

Pemanfaatan teknologi 4G+ ternyata sekaligus menjadi cara Smartfren menyongsong era 5G.

Seperti diketahui, teknologi 5G kini memang tengah menjadi perhatian karena menawarkan layanan yang jauh lebih baik dari generasi sebelumnya, termasuk latensi yang lebih rendah sehingga mampu memberi akses real-time.

Meski demikian, Munir menuturkan Smartfren sendiri belum buru-buru menyebut soal kehadiran layanan 5G. Menurutnya, ada beberapa persyaratan yang dipenuhi agar sebuah layanan masuk dalam kategori 5G.

Beberapa di antaranya adalah keberadaan carrier aggregation (CA), small cell, MIMO & QAM, beam forming, hingga full duplex dengan kecepatan unduh dan unggah antara 1Gbps hingga 10Gbps.

"Sebenarnya syarat tersebut sudah dipenuhi di 4G+ Smartfren, tapi saya lebih suka menyebutnya sebagai pre 5G," tutur Munir. Alasannya, masih dibutuhkan saluran di bagian back-end yang mendukung, dalam hal ini fiber optic.

Padahal, seperti diketahui, penetrasi fiber optic di Indonesia belum masif, sehingga penerapan 5G masih perlu menunggu waktu. Sementara untuk kebutuhan komersial, 5G ditargetkan baru dapat beroperasi setidaknya pada 2020.

"Kalau di Indonesia sendiri saya rasa baru bisa diterapkan di atas 2020, tapi harapannya tidak terlalu lama," ujarnya mengakhiri pembicaraan.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya