5 Gangguan Psikologis yang Terjadi Akibat Pengaruh Teknologi

Teknologi dan media sosial juga bisa menjadi penyebab memburuknya gangguan-gangguan psikologis yang memang sudah dialami seseorang.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jan 2021, 12:35 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 06:30 WIB
Psikologi - kesehatan mental (iStockphoto)
Ilustrasi psikologi - kesehatan mental (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi dan media sosial sekarang bisa dibilang sangat pesat. Banyak sekali manfaat yang kita rasakan dari hal tersebut.

Sebutlah seperti kemudahan dalam berkomunikasi, kemajuan ekonomi secara global, interaksi sosial yang lebih luas, dan segala kemudahan lainnya.

Namun, segala sesuatu yang berkembang pasti memiliki efek negatif, jika kita tidak bijak dalam memanfaatkan segala kemudahan itu.

Terlalu berlebihan dalam menggunakan teknologi dan media sosial dapat memicu gangguan psikologis.

Hal tersebut diakibatkan oleh pengaruh pergaulan sosial yang berubah, maupun penggunaan teknologi tanpa membatasi diri.

Teknologi dan media sosial juga bisa menjadi penyebab psikologis, dengan memburuknya gangguan-gangguan psikologis yang memang sudah dialami seseorang.

Berikut ini adalah lima (5) gangguan psikologis yang bisa diakibatkan kemajuan teknologi dan media sosial.

1. Anti Sosial

6 Artis Hollywood yang Anti Media Sosial
Tak bisa dipercaya, beberapa artis Hollywood ini rupanya tak memiliki akun media sosial.

Dalam ilmu kejiwaan, anti sosial disebut juga dengan schizoid, yang mana memiliki pengertian yang luas.

Namun, jika dikaitkan dengan pengaruh teknologi dan media sosial, dapat diartikan dengan gangguan kepribadian yang cenderung kepada menghindari hubungan dengan orang lain.

Jika seseorang memiliki kecenderungan anti sosial, maka kecanduan terhadap media sosial dapat memperparah kondisi psikologisnya.

Si penderita akan lebih sering berinteraksi di dunia maya dan kontak sosial dalam masyarakat akan semakin berkurang.

Penderitanya akan lebih nyaman untuk menyendiri. Hal tersebut tentunya akan mengakibatkan kesulitan dalam interaksi langsung, dan akan mengganggu kehidupan sosial mereka.

2. Anoreksia dan Bulimia Nervosa

Hubungan Antara Anoreksia dengan Osteoporosis
Hubungan Antara Anoreksia dengan Osteoporosis

Keduanya merupakan gangguan perilaku makan, tetapi memiliki perbedaan dalam gejalanya.

Jika bulimia lebih menginginkan bentuk tubuh yang normal, maka anoreksia justru lebih terobsesi pada bentuk tubuh yang terlalu kurus.

Penderita bulimia cenderung memiliki bentuk tubuh lebih normal dibandingkan anoreksia. Hal itu dilakukan dengan cara makan sangat sedikit, atau makan banyak tapi kemudian memuntahkan kembali makanan itu.

Maraknya body shaming di media sosial, bisa menjadi pemicu seseorang mengalami gangguan tersebut, karena seseorang akan cenderung terpengaruh pada komentar orang lain terhadap diri penderitanya.

Sugesti terhadap bentuk tubuh ideal itulah yang menyebabkan seseorang terobsesi. Hal ini tentu bukan hanya tidak baik bagi psikologis, tetapi juga kesehatan fisik penderitanya.

3. Megalomania

Hilangkan Trauma Anak-anak Korban Gempa dengan Latihan Loncat dan Lari
Anak-anak korban gempa di Lombok Nusa Tenggara Barat perlu pendampingan psikologi untuk mengatasi trauma akibat gempa bumi. ...

Megalomania adalah obsesi yang berlebihan terhadap diri sendiri. Penderita gangguan ini merasa menjadi seseorang yang hebat dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Penderitanya sangat menginginkan rasa hormat dan pujian dari orang lain, dan cenderung meremehkan lingkungan sekitar.

Media sosial dapat menjadi tempat bagi seseorang unjuk diri. Dan megalomania merupakan manifestasi ekstrem dari sindrom narsisme, yang bisa diperparah karena penggunaan media sosial yang berlebihan.

Seseorang akan lebih terobsesi pada penilaian orang lain dan bisa mengakibatkan depresi, jika penderitanya tidak mendapatkan penilaian yang mereka inginkan.

4. Nomophobia

Ilustrasi main ponsel sebelum tidur (iStock)
Ilustrasi main ponsel sebelum tidur (iStock)

Nomophobia merupakan singkatan dari No Mobilephone Phobia, adalah penyimpangan psikologi yang dipengaruhi oleh ketergantungan seseorang terhadap gadget.

Penderitanya akan merasakan kecemasan yang berlebihan jika mereka terpisah dari gadget yang mereka miliki.

Fenomena nomophobia pertama kali teridentifikasi pada 2008. Hal ini jelas merupakan pengaruh dari kemajuan teknologi.

Bahaya dari nomophobia sendiri yaitu penderitanya akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan gadget, sehingga waktu sosial mereka akan tersita.

Hal tersebut tentu mengganggu hubungan sosial dan juga waktu produktif penderitanya.

5. Gaming Disorder

Kecanduan Game Online Ancam Perkembangan Anak
Seorang anak bermain game online di salah satu warung internet (warnet) di kawasan Duren Sawit, Jakarta, Senin (23/7). Kecanduan game online atau gaming disorder dapat berisiko pada penurunan kosentrasi belajar, daya ingat. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kecanduan bermain gim disebut dengan gaming disorder. Gangguan ini memiliki gejala utama, yaitu memprioritaskan bermain gim  di atas aktivitas lainnya.

Biasanya, gangguan ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan intensitas sering. Efek negatif yang bisa dialami oleh pecandu gim yaitu kesehatan fisik yang terganggu dan juga kehilangan waktu untuk interaksi sosial.

Ada beberapa kasus kematian yang disebabkan karena terlalu lama bermain gim. Hal tersebut bisa diakibatkan oleh pembekuan darah, maupun kurang gizi karena sering terlambat makan, dan juga kelelahan.

Perlu direnungi, bijak dan cerdas dalam menggunakan teknologi dan media sosial serta tidak berlebihan, akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan kita. Pengaruh positif maupun negatifnya, semua kembali pada diri kita masing-masing.

Reporter: Brilio

Sumber: Brilio.net

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya