Peretasan Data 50 Juta Akun Bikin Nilai Facebook Anjlok Rp 194 Triliun

Media setempat menyebut, nilai kapitalisasi pasar Facebook turun hingga US$ 13 miliar atau sekitar 194 triliun.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 02 Okt 2018, 07:30 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2018, 07:30 WIB
Ilustrasi Facebook
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - 2018 kembali jadi tahun yang penuh tantangan bagi Facebook. Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini mengungkap, 50 juta akun terdampak peretasan.

Gara-gara itu pula, nilai saham Facebook pun anjlok tiga persen. Demikian sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Fortune, Selasa (2/10/2018).

Dalam kasus terbaru ini, Facebook menyebut, tim engineer perusahaan telah menemukan adanya upaya peretas yang mengeksploitasi kerentanan lewat token akses.

Token adalah sebuah kunci digital yang memungkinkan pengguna tetap masuk ke Facebook tanpa harus memasukkan kata sandinya.

"Kami menganggap ini adalah masalah serius," kata Facebook dalam unggahan blog-nya. Perusahaan pun mengklaim telah memperbaiki kerentanan dan mengabarkan para penegak hukum tentang peretasan ini.

Kendati begitu, tanggapan cepat perusahaan tak membuat investor tenang. Mereka justru tidak merasa nyaman dengan serangkaian pelanggaran data yang dihadapi Facebook.

Gara-gara ini, saham Facebook sempat turun 5 persen menjadi US$ 162,57 per lembar saham.

Pada penutupan saham Jumat lalu, nilai saham Facebook pun tidak membaik. Media setempat menyebut, nilai kapitalisasi pasar Facebook turun hingga US$ 13 miliar atau sekitar 194 triliun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perjalanan Facebook di Wall Street

Facebook
Ilustrasi Facebook (AP Photo/Noah Berger, File)

Facebook merupakan satu dari empat raksasa teknologi terkemuka di Wall Street. Namanya masuk dalam daftar perusahaan teknologi terkemuka bersama dengan Amazon, Netflix, dan Google (Alphabet).

Kini, gara-gara kejadian peretasan ini, nilai saham Facebook turun. Sementara sejauh ini sepanjang 2018, nilai saham Amazon naik 69 persen, Google naik 12 persen, dan Netflix naik 89 persen.

Sebaliknya, sepanjang 2018, nilai saham Facebook sudah turun 9 persen.

Padahal di tahun 2012, nilai saham Facebook melambung setelah perusahaan memperbaiki periklanan di platform mobile serta akuisisi WhatsApp dan Instagram.

Kedua kesepakatan bisnis tersebut memang tampaknya sangat mahal, namun terbukti menguntungkan untuk Facebook.


50 Juta Akun Facebook Bocor

Facebook
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Facebook mengatakan pihaknya menemukan pelanggaran keamanan yang mempengaruhi hampir 50 juta akun, awal pekan ini.

Isu ini merupakan masalah kebocoran baru yang membuat kepercayaan pengguna kian menurun terhadap media sosial ini dan juga berdampak pada bisnis perusahaan.

Tak lama kemudian, Facebook mengklaim pihaknya telah menangani kebocoran tersebut. Celah ini memungkinkan hacker mengambil alih akun pengguna.

Pihak penegak hukum dan regulator, termasuk Komisaris Perlindungan Data Irlandia telah diberitahu tentang insiden tersebut. Demikian seperti dikutip Bloomberg. 

Akun Facebook CEO Facebook Mark Zuckerberg dan COO Facebook Sheryl Sandberg, termasuk di antara pengguna yang ditargetkan oleh hacker. Saham perusahaan pun turun 2,6 persen dengan penutupan sebesar US$ 164,46 di New York--secara total turun 6,8 persen di tahun ini.

Kebocoran data pengguna, pelanggaran keamanan, dan penyebaran informasi yang salah membuat Facebook harus menghadapi rapat dengar Kongres. Perusahaan pemilik WhatsApp dan Instagram ini diduga mengumpulkan terlalu banyak informasi pribadi dan tidak menjaganya dengan baik.

Data adalah urat nadi dari bisnis periklanan Facebook, sehingga kesalahan tersebut tentu berdampak pada penghasilan perusahaan.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya