iPhone Jadi Pilihan Smartphone Warga Miskin di Tiongkok

Sebuah lembaga penelitian di Tiongkok mengungkap laporan yang menyebutkan, sebagian besar iPhone di negara tersebut dibeli oleh warga miskin.

oleh Yuslianson diperbarui 23 Nov 2018, 12:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2018, 12:30 WIB
Apple Luncurkan Tiga iPhone Anyar, XR, XS dan XS Max
Pengunjung mencoba iPhone XR saat peluncuran produk baru Apple di Apple Headquarters, Cupertino, California (12/9). iPhone XR dapat dipesan per 19 Oktober di beberapa negara dan mulai tersedia pada 26 Oktober 2018. (AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah lembaga penelitian di Tiongkok mengklaim, ketimbang smartphone lain, sebagian besar iPhone di negara tersebut dibeli oleh warga miskin.

Dikutip dari laporan lembaga riset MobData, Jumat (23/11/2018), pengguna iPhone pada umumnya memiliki penghasilan sebesar 3.000 yuan atau Rp 6,3 juta per bulan.

Tak hanya itu, laporan itu juga menyebutkan pemilik iPhone cenderung memiliki rumah mereka sendiri dan kurang berpendidikan.

Sebagai perbandingan, mereka yang menggunakan smartphone Huawei memiliki penghasilan lebih besar, dengan kisaran 5.000 (sekira Rp 10 juta) hingga 20.000 yuan (Rp 41 juta) per bulannya.

Mereka biasanya termasuk "pengusaha kelas atas" yang laki-laki dan menikah, berusia 25 dan 34 tahun, dan bergelar sarjana.

Selain itu, banyak pengguna ponsel Huawei memiliki properti dan mobil. Sementara itu, pengguna iPhone tidak punya.

 


Hasil Laporan Dipertanyakan

Seorang pengunjung melihat produk baru iPhone saat peluncuran produk baru Apple di Apple Headquarters, Cupertino, California (12/9). Apple merilis tiga iPhone terbaru, yaitu iPhone XS, iPhone XS Max dan iPhone XR. (AP Photo/Marcio Jose Sanchez)

Lebih lanjut, studi ini menjadi kejutan bagi banyak orang dan ramai di layanan Weibo. Beberapa pengguna menyebutkan, laporan itu "omong kosong" dan mempertanyakan kredibilitas penelitian tersebut.

Mereka menyebutkan, lebih logis membeli smartphone Huawei dengan harga terjangkau ketimbang membeli iPhone baru yang memiliki banderol harga selangit.

Namun beberapa rincian laporan lembaga riset itu juga kurang jelas, termasuk jumlah orang yang berpartisipasi di dalam penelitian tersebut.

(Ysl/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya